Desain awal pabrik pupuk terapung di atas kapal dan harus membuat desain baru dengan di atas lahan. Menyesuaikan sebagian alat. Ini juga tak mudah. Semua ilmu engineering, rekayasa harus keluar. Dan ini yang harus dipikirkan.
“Sebagian besar peralatan pabrik sekarang ada di beberapa negara di Eropa,” pikirnya.
Danang bersama JS lalu pergi ke Eropa pada bulan Februari 1977. Mereka mendatangi ke lokasi dan hanya melihat dari jauh peralatan-peralatan pabrik yang terserak di beberapa pelabuhan di Amsterdam, Antwerpen, Hamburg dan Brunsbuttel, Liverpool dan lain-lain.
Mereka membentuk tim teknis. Sebelum dapat melihat peralatan dari dekat, mereka dihadang sejumlah buruh di Liverpool. Mereka menuntut pembayaran dan memprotes bahwa yang boleh bekerja di situ harus para buruh pelabuhan di situ.
Satu persoalan harus diselesaikan dulu. Perlu waktu dan biaya. Perlu negosiasi dan nyali. Masalah satu selesai baru bisa melihat peralatan. Danang prihatin karena keadaan peralatan yang terserak begitu saja dibiarkan selama sekitar 4 tahun yang dibeli sejak tahun 1973.
Apalagi ketika musim winter, bisa karatan semuanya. Bisa dibayangkan besi-besi bergeletakan di pinggir laut? Diguyur air bertahun-tahun. Disentuh embun, dipanggang matahari.
Mereka harus mengamankan alat supaya tidak makin rusak. Tidak korosi. Lalu dilakukan pekerjaan preservasi, memperbaiki tiap peralatan, agar kedap udara. Mengecat bagian-bagian luarnya agar tidak berkarat. Memberikan tekanan positif terhadap semua vessels, absorbers, condensers dan heat exchangers dengan menginjeksikan gas Nitrogen bertekanan kepada tiap vessels dan heat exchangers tersebut agar bertekanan positif, menghindari udara lembab dari luar masuk ke dalamnya.