Pabrik di Pinggir Laut

CERPEN SUNARYO BROTO

Peralatan pabrik yang telah 4 tahun berserak di beberapa lokasi di Eropa, lalu dikumpulkan, diperbaiki dan dikirim dengan kapal-kapal besar ke Bontang. Setelah sampai di Bontang dirangkai bertahun-tahun. Lalu dicoba dioperasikan pabriknya.

Belasan kali melakukan start up yang perlu waktu 6-7 hari. Danang bangga pada para operator. Mereka bersedia berdarah-darah, keluar keringat dan air mata. Harus ada semangat yang tak pernah padam.

Hanya orang-orang pilihan dengan mental baja yang dapat menuntaskan perjuangannya. Ada beberapa kawan yang tak kuat akhirnya keluar.
***
SEKITAR 36 tahun kemudian Danang berkunjung Pabrik Kaltim-1. Dia diundang untuk menyaksikan kembali pabrik yang telah dibangunnya dan sekarang mau ditutup karena sudah tidak efisien. Ketinggalan teknologi dan sebagian alatnya sudah rusak, tidak ada penggantinya.

Dia satu-satunya direksi pertama yang masih hidup. Dia menatap Priling Tower dari pinggir laut. Dengan tatapan yang sama dengan dulu meski sudah tambah usia menjadi 82 tahun. Matanya berkaca-kaca. Seperti menatap anak yang telah dibesarkannya.

“Pabrik pupuk urea ini sejarah. Tak bisa diulang. Saat itu antara berhasil dengan gagal, sama saja. Jadi kalau proyek ini tidak berhasil, saya tidak tahu apa yang terjadi. Tentunya susah bila akan membangun pabrik pupuk yang lain. Tidak terbayangkan Bontang tanpa pabrik pupuk. Dan Tuhan sudah menetapkan takdirnya bahwa proyek ini berhasil. Nyata pada tahun 1984 keluarlah produk pertamanya. Syukur suka cita tentunya. Meski saya juga mikir biaya proyek ini luar biasa besar. Hampir 3 kali dari proyek sejenis,” katanya.

Lihat juga...