Asumsinya, apa-apa yang dilakukan di negara-negara maju itu selalu lancar dan mulus. Tetapi ternyata lain lagi yang terjadi. Pada suatu tikungan jalan antara Darlington dan Liverpool, alat yang beratnya 180 ton ini terlepas ikatannya dari trailer low boy dan menggelinding ke bawah menuju suatu halte atau stasiun kereta api kecil yang letaknya lebih rendah dari jalan raya.
Untungnya alat tersebut berhenti persis di depan gedung stasiun, dan selamat tidak menggelinding ke kereta api yang sedang lewat. Bisa dibayangkan kalau sampai menabrak stasiun? Bisa tambah persoalan. Bisa menggagalkan proyek.
“Terima kasih Tuhan,” ucapnya sambil bersyukur.
Ada bagian alat yang rusak. Beberapa alat untuk pemasangan temperature indicator dan tekanan retak atau patah. Kejadian ini terjadi pada tanggal 4 Agustus 1980. Untuk memperbaiki kerusakan ini, tidak bisa dilakukan reparasi setempat, karena metode heat treatment, perbaikan alat tersebut memerlukan pengerjaan di workshop fabrikator.
Oleh karena itu seluruh peralatan bejana bertekanan tersebut harus dikirim kembali ke fabrikatornya di Darlington. Untuk urusan ini memakan waktu kira-kira satu tahun dan biaya ratusan ribu dollar.
Delay bukan hanya dari transportasi dan reparasi di fabrikator tetapi pencarian sarana transportasi yang cocok untuk alat tersebut ke Bontang juga memakan waktu. Tim mempercayakan pengiriman peralatan pada kontraktor yang ditunjuk.
Dalam rencana kerjanya selain Engineering, Procurement, Construction kontraktor juga membuat perencanaan pengiriman equipment yang ada di beberapa kota pelabuhan di Eropa ke Bontang. Salah satu kegiatan prioritas pengiriman equipment tersebut adalah mengangkut peralatan yang paling berat dan panjang.