Pabrik di Pinggir Laut

CERPEN SUNARYO BROTO

Laut dan langit biru di ujungnya. Selebihnya hutan bakau dan tanah rawa. Sudah ada proyek awal pemasangan pipa gas dari Tanjung Santan sepanjang 58 km. Pemukiman terdekat, Loktuan berjarak sekitar 1 km dengan penduduknya sekitar 200 orang. Hanya di situ, tempat membeli makanan dan kebutuhan harian.

Bisa dibayangkan bagaimana sepinya ketika itu. Di plant site sudah ada beberapa bangunan rumah kayu di atas tiang dengan beberapa kamar tidur. Mereka menginap di kamar itu. Kalau malam banyak nyamuk dan tikus yang harus diusir-usir.

Tempat itu namanya Pionir Camp. Ada juga bangunan ruang makan. Malam-malam di belakang ruang makan, di tempat sampah kadang ada beruang madu datang mencari sisa makanan. Monyet-monyet juga banyak terlihat di kejauhan. Sesekali babi hutan atau ular lewat memutus jalan.

“Memang ini masih setengah hutan,” gumamnya.

Mereka hanya 3 hari di situ. Untuk koordinasi dan cek lapangan. Setelah itu pulang ke Jakarta karena urusan yang lain, menyelesaikan urusan administrasi dan peralatan pabrik. Danang lebih banyak di Bontang dan JS di Jakarta.

Mereka berbagi tugas. Di lain waktu, Danang mulai mengajak beberapa teman lain. Mereka mulai merencanakan dan melaksanakan pekerjaan. Di antaranya pembelian area, pembangunan perumahan. Lahan ini tak cukup untuk perumahan yang menampung sekitar 500 orang untuk menjalankan pabrik nantinya.

Perjalanan dari Balikpapan ke Bontang tidak selamanya mulus. Kadang harus menggunakan speed boat dan harus menginap di separuh jarak, Tanjung Santan.

Semua harus diselesaikan secara paralel karena waktu harus bergegas. Rekrut calon pekerja dan mengajari operasi maupun pemeliharaan pabrik. Melaksanakan proyek pembangunan pabrik dengan menyelesaikan masalah proyek sebelumnya yang tidak tuntas.

Lihat juga...