Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 28/06/2025
Sampai minggu lalu Asia Tenggara masih tampak tenang. Tidak ada tanda-tanda akan terseret pertengkaran regional.
Rusia-Ukraina, Israil-Palestina, Iran-Israil, India-Pakistan. Jauh dari Asia Tenggara. Tiba-tiba, hanya dalam hitungan hari, Kamboja-Thailand saling serang. Pertengkaran bersenjata tidak terelakkan.
Jika eskalasi negara-negara Asean meningkat. Termasuk konflik internal Timor Leste jika terus dirundung kemiskinan. Masih mampukah “Asean Way” efektif. Memproteksi Asean dari intervensi negara-negara superpower global?.
ASEAN Way adalah pendekatan khas ASEAN dalam menangani hubungan antarnegara. Indonesia pelopor pendekatan ini. Menekankan Konsensus dan musyawarah, non-intervensi dalam urusan dalam negeri, pengambilan keputusan secara informal dan perlahan (slow diplomacy), menghindari konflik terbuka.
Pada era Orde Baru, pendekatan ini mampu menjaga stabilitas jangka panjang Asia Tenggara. Sebuah kawasan yang sebenarnya penuh keberagaman politik dan ekonomi.
Efektifitas pendekatan ini melemah ketika Indonesia memasuki reformasi. Asean Way tidak lagi efektif meredakan konflik di Asia Tenggara. Asean Way dianggap menghambat respons cepat terhadap krisis. Contohnya kasus Myanmar pasca-kudeta 2021. Penindasan demontrasi sipil, kasus Rohingya, dll.
Asean Way dianggap menutupi pelanggaran HAM dan demokrasi di negara anggota. Dinilai pula kurang efektif dalam menghadapi tekanan geopolitik, terutama dari Tiongkok dan kekuatan besar lainnya (AS). Pendekatan Asean Way pada Orde Baru Indonesia, dinilai sebagai pendekatan “masa bodoh”. Intervensi global power masuk dengan mudah di ASEAN.