Tritura Gen Z  

Oleh: Abdul Rohman Sukardi

 

 

 

Sejarah Indonesia merdeka mencatatkan dua kali gelombang perubahan besar. Kedua gelombang itu dirumuskan melalui tuntutan yang bisa dipahami secara jelas. Singkat dan padat.

Tuntutan perubahan tahun 1966 dikemas dalam tagline “Tritura”. Tiga tuntutan rakyat. 1. Bubarkan PKI beserta ormas-ormasnya. 2. Perombakan Kabinet Dwikora. 3. Turunkan harga kebutuhan pokok.

Tahun 1998, tuntutan gelombang perubahan dirumuskan melalui satu kata saja. “Reformasi”. Maknanya luas. Menuntut perubahan sistem otoritarian menjadi demokratis. Seperti pembatasan masa jabatan presiden maksimal dua periode. Perubahan lima paket UU politik yang hanya membatasi 3 partai kontestan. Hapus Dwifungsi ABRI. Demokratisasi relasi pusat-daerah melalui otonomi daerah. Hapus KKN (korupsi-kolusi dan nepotisme).

Maka ketika akhir-akhir ini tuntutan perubahan diformulasikan melalui narasi “Anis for Presiden”. Sakralitas gerakan massa menjadi hambar. Tradisi suci gerakan perubahan dibajak hanya untuk perjuangan politik personal. Bukan berdimensi kebangsaan. Gerakan massa menjadi cepet meleleh. Tidak memiliki energi sebagai gerakan perjuangan jangka panjang.

Kristalisasi gerakan massa sebuah gelombang perubahan selalu melewati setidaknya tiga fase. Pertama, fase konsolidasi idiologi. Kedua, fase perjuangan idiologi. Ketika, fase implementasi idiologi.

Secara idiologi, generasi 66 dibentuk melalui benturan dialektika idiologi-idiologi besar pada zamannya. Komunisme, liberalisme, keagamaan dan sosialisme. Beragam benturan itu melahirkan visi gerakan. Tritura. Tidak memberi tempat lagi pada idiologi komunisme.  Kabinet dibersihkan dari unsur-unsur komunisme. Hak rakyat dinormalkan melalui stabilisasi harga-harga kebutuhan.

Lihat juga...