Amnesti-Abolisi : Perang Asimetris?

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 02/08/2025

 

 

Adakah kaitan Abolisi-Tom Lembong dan Amnesti-Hasto dengan perang asimetris?. Jika ada, apa saja kaitan itu. Bagaimana puzzle terangkai hingga kesimpulan: “Amnesti-Abolisi menutup celah proxi war”.

Mari kita urai satu persatu.

Presiden Prabowo gencar menyeimbangkan posisi geoekonomi-geopolitik Indonesia. Ia datangi dan masuki konflik strategis: Palestina, solusi Ukraina-Rusia, konflik Laut Cina Selatan. Ia datangi dan jalin kerjasama dengan negara-negara besar. RRC, Rusia, AS, Prancis, India, Turki, BRICS, dll.

Ia mainkan politik bebas aktif. Bekerja sama semua pihak. Bukan koalisi dari blok militer manapun. Ia diterima, sekaligus dicurigai kesetiaannya. Sama seperti Soekarno dan Soeharto lakukan.

Soekarno dekat blok timur (Komunis). Koalisi dengan PKI. Tapi tidak benar-benar setia Komunis. Justru membangun gerakan Non Blok. Tidak benar-benar melindungi ketika PKI diberangus TNI.

Soeharto dekat blok barat, tapi “menendang” IGGI. Memperkuat Non Blok. Mengkampanyekan tata dunia baru lebih adil: reformasi Dewan Keamanan PBB.

Prabowo mengambil posisi berani penuh risiko: politik non-blok modern. Ia dekati semua negara besar—AS, RRC, Rusia, Uni Eropa—tanpa secara eksplisit berpihak. Frekuensi kunjungan Prabowo ke luar negeri meningkat drastis (2024–2025).

Efeknya: negara besar merasa perlu “memastikan” Indonesia tetap dalam orbit mereka. Prabowo yang terlalu independen dianggap berisiko tidak bisa dikendalikan. Ini rawan menciptakan “reaksi” dari luar lewat celah dalam negeri. “Menikam dari dalam negeri”, ketika politik luar negeri gencar dan hegemoik.

Lihat juga...