Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 19/07/2025
Berdasar jejak artefak, bangsa Nusantara masa lalu adalah bangsa rasional. Sekaligus bangsa spiritual. Bukan bangsa mitos. Melainkan bangsa dengan sistem pengetahuan tinggi yang diekspresikan melalui simbolisme, mitologi, dan struktur budaya kompleks.
Rasionalitas bangsa Nusantara dibuktikan peninggalan arkeologis maupun teknologis.
Borobudur, Prambanan dan banyak candi lainnya bukti arkologis Teknik arsitektur yang sudah tinggi. Borobudur (abad ke-8 M): dibangun dengan 2 juta balok andesit, tanpa semen. Mengikuti prinsip geometri sakral dan struktur antisismik.
Bangunan Borobudur tersusun dalam sistem mandala kosmologi Buddhis. Akan tetapi pembangunannya mengikuti prinsip teknik sipil dan astronomi. Sistem drainase air dan perhitungan arah mata angin sangat akurat.
Bisa disimpulkan Borobudur dibangun ahli bangunan (arsitektur), matematikawan, dan kosmolog. Bukan oleh komunitas pemuja dewa.
Teknologi hidraulik sudah dikenal dalam pertanian Majapahit dan Bali. Sistem irigasi Subak di Bali berbasis logika kolektif dan ekologi. Disebut “demokrasi air”. Diakui UNESCO. Kota Majapahit (Trowulan) punya saluran air, kolam, dan sistem tata kota terencana. Bukan mistik.
Astronomi sudah familiar dalam sistem navigasi bangsa Nusantara. Bangsa pelaut Austronesia (leluhur Nusantara) sudah mengarungi Samudra Pasifik selama ribuan tahun. Menggunakan bintang, arus laut, dan sistem navigasi alami. Tradisi pelayaran dan teknologi perahu seperti jukung, pinisi, dan jong/jung menunjukkan pemahaman rasional tentang cuaca, arah, dan struktur kapal.