Bangsa Nusantara memiliki Sains Tradisional. Tercermin dari kalender pertanian dan pengobatan. Kalender Pranata Mangsa di Jawa dan sistem Wariga di Bali menunjukkan perhitungan cuaca, musim, dan pertanian yang presisi. Digunakan dalam penentuan waktu tanam, panen. Berbasis observasi ilmiah jangka panjang. Di Jawa dikenal istilah ilmu “titen”. Pengamatan panjang. “Riset”, dalam bahasa modern.
Dalam pengobatan dikenal jamu, ramuan tradisional, hingga sistem Usada (pengobatan Bali). Merupakan hasil eksperimen empiris dan transmisi pengetahuan turun-temurun. Kombinasi empiris dan spiritual.
Masyarakat Nusantara juga mengenal teknologi musik yang amat kompleks. Seperti tercermin dalam Gamelan dan banyak alat musik lainnya. Memiliki beragam tradisi kuliner sehat yang kaya. Budaya fashion dan asrsitektur bangunan ramah alam. Teknik edukasi yang menarik, seperti melalui media Wayang.
Mitologi bukan bukti irasional. Melainkan cara mentransmisikan nilai, filsafat, dan ilmu dalam bentuk yang komunikatif. Sebagaimana cerita wayang: metafora nilai etika dan psikologi manusia. Mitologi merupakan “sains spiritual dan sosial” akan tetapi dibungkus simbol. Bukan takhayul.
Teknologi perang bangsa Nusantara juga juga sudah maju. Mampu melumpuhkan pasukan terkuat bangsa adidaya pada zamannya. Sebanyak 30 ribu pasukan Kaisar Kubilai Khan gagal menakhlukkan Singasari. Ribuan armada dan puluhan ribu prajurit masih terekam oleh catatan-ctatan penjelajah bangsa Portugis. Tentang Armada Perang Adipati Unus melawan Portugis. Juga Ratu Kali Nyamat ketika ekspedisi ke Malaka.
Pertanyaan mendasar kenapa tradisi sains bangsa Nusantara itu ber(di)geser menjadi bersifat klenik. Atmosfere berfikir masyarakat dililit mitologi yang irasional.