SAR Wisata Gunung: Investasi Ekonomi ?

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 11/07/2025

 

Kematian Juliana Marins, turis asal Brazil, di Gunung Rinjani, bukan satu-satunya kasus. Sejak tahun 2017 s.d 2025 sudah ada 13 kasus kecelakaan meninggal di rinjani. Keluarga korbannya tidak membuat kehebohan di media. Kasusnya tidak mencuat ke publik.

Berbeda dengan respon keluarga Juliana. Memperoleh sorotan media luas. Jadi heboh netizen dua negara.

Sebelum Juliana, Taufik (Bantul) – ditemukan tewas mengapung di Danau Segara Anak – April 2017. Muhammad Ainul Taksim (Makassar) – meninggal tertimpa longsor akibat gempa Lombok (29 Juli 2018). Muhammad Fuad Hasan (Surabaya) – jatuh ke jurang sekitar 100 m dari jalur Senaru, meninggal. Boaz Bar Anam (Portugal/Israel) – jatuh saat selfie di Puncak Rinjani – meninggal seketika.

LMH (59 th) – tewas terjepit di Gua Susu – Oktober 2023. Abdullah (40: Lombok Timur) – meninggal karena kelelahan di jalur ilegal Timbanuh – September 2023. Pawadi (40: Lombok Utara) – terdampak asma saat memancing di Segara Anak – April 2023. Melanie Bohner (Swiss) – jatuh di jalur ilegal Bukit Anak Dara – Juni 2024.

Kaifat Rafi Mubarok (16, Jakarta) – hilang setelah jatuh dari Plawangan Sembalun – ditemukan setelah 8 hari (8 Oktober 2024). Wong Sie Tung (63, Malaysia) – tewas akibat kemungkinan serangan jantung di Pos 4, Desember 2024. Rennie Bin Abdul Ghani (57, Malaysia) – jatuh ke jurang 80–100 m di jalur Banyu Urip/Torean, Mei 2025. Juliana Marins (Brasil) – jatuh di jalur Rinjani dan meninggal setelah beberapa hari, Juni 2025.

Pola umum kecelakaan di Rinjani adalah: Rombongan terlalu besar / tidak seimbang. Satu pemandu mengawal 5-6 pendaki dengan kecepatan dan kondisi fisik berbeda. Tidak terdapat penjagaan atau peringatan medan berbahaya. Pemandu tidak memiliki pelatihan medis/tanggap darurat standar.

Lihat juga...