Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 07/09/2025
Dialeketika ruang publik saat ini mengenal beragam istilah. “Buzzer”, “influencer”, “content creator”. Menjadi pertanyaan: “siapa sebenarya pencorak dominan ruang publik kita saat ini?”.
“Demonstrasi kita digerakkan algoritma”, kata sebuah pendapat. “Publik banyak ditipu konten hoaks dan deepfake”, timpal yang lain. “’Amuk massa’ diarahkan ‘influencer’”. Banyak istilah baru, muncul di era digital. Tidak dikenal pada masa-masa sebelumnya.
Pemahaman tepat tentang siapa pencorak utama dikursus publik membimbing kehadiran solusi tepat dan akurat. Tidak meraba-raba. Tidak “meninju angin”. Termasuk bagi rezim berkuasa dalam memahami perkembangan aspirasi masyarakat.
Berdasar riset digital, terdapat beragam pelaku baru dalam diskursus publik. Termasuk peringkat daya pengaruhnya dalam mengarahkan cara pandang publik.
Thought leader, pemimpin gagasan. Menempati rangking pertama.
Ialah individu sumber ide & visi strategis di bidang tertentu. Pemikir independen. Peran utama: mengarahkan wacana, memperkenalkan cara pandang baru, mendorong perubahan mindset. Style atau media yang digunakan: buku, artikel opini, konferensi, media sosial profesional. Pengaruh jangka panjangnya berada pada skor 5 (dari 1-5). Paling kuat membentuk pola pikir strategis & arah kebijakan.
Intelektual publik. Ialah cendekiawan/penulis aktif (menulis & berbicara untuk publik luas). Perannya menyambungkan ilmu dengan kepentingan publik. Memberi kritik & solusi. Style dan medianya berupa buku populer, esai, debat publik, kolom opini. Tingkat keterpengaruhan jangka panjang pada skor 4-5 (dari 1-5). Eksistensinya mendorong diskusi serius & refleksi publik.