Indonesia: Masalah Fokus Bangsa

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 25/07/2025

 

 

Indonesia sering gagal fokus mengejar kemajuan. Ultimate goal pembangunan nasional yang nyaris diraih menjadi menjauh kembali. Negara adil, makmur, maju dan modern tidak kunjung didapat. Harus reorientasi untuk meraih target kemajuan baru.

Meminjam istilah pendakian gunung Rinjani: ibarat “pasir menangis”. Satu zona pendakian di Plawangan Sembalun – Rinjani medannya berkerikil. Posisinya sudah dekat dengan puncak Rinjani. Nyaris Summit.

Melangkah naik di medan pasir atau kerikil longgar pada area itu, sebagian pijakan akan meleset atau tergelincir ke bawah. Kemajuan menjadi lambat dan terasa seperti mundur. Seolah-olah “pasir menangis“. Karena susahnya dilalui.

Itulah gambaran realitas Indonesia. Upaya pembangunanannya sering mengalami kemunduran. Akibat gagal fokus terhadap apa yang sebenarnya realistis bisa diraih.

Kasus “Krisis Moneter 1997-1998”. Visi besar seharusnya penyelamatan ekonomi nasional. Respon yang diberikan justru gerakan anti-KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Sebuah gerakan yang hampir tiga dekade reformasi justru lebih marak. KKN tumbuh subur di era refomasi.

“Reformasi ekonomi struktural”: perbankan, investasi, industri, dilakukan dengan sangat lambat dan inkonsisten. Responnya justru dengan banyak BUMN dilepas tanpa perencanaan jangka panjang. Privatisasi tergesa-gesa (contoh Indosat). Dampaknya: ketimpangan ekonomi, dominasi asing sektor strategis, stagnasi industrialisasi.

“Gerakan Reformasi”: seharusnya direspon dengan skenario demokratisasi dan penguatan sistem pemerintahan rakyat. Justru direspon denga menghapus GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara). Panduan pembangunan sistematis berkelanjutan itu ditiadakan. Pada akhirnya tidak ada payung hukum jangka panjang untuk arah pembangunan nasional secara konsisten.

Lihat juga...