Tim secara paralel harus menyiapkan pekerjanya untuk nanti bisa mengoperasikan pabrik. Pada Maret dan Juli 1980 dilakukan rekrut di Surabaya, Ujung Pandang, Medan, Jakarta dan Balikpapan. Mereka datang bergelombang meninggalkan kampung halaman dan keluarga tercinta menuju tanah harapan di sebuah kawasan pinggir hutan dan pinggir laut.
Ya memang harus ada harapan supaya semangat tetap dalam dada. Tanpa itu bisa pulang lebih awal sebagai orang gagal.
Mereka dilatih sebagai operator pabrik dan mereka yang mengoperasikan pabrik urea. Ada sekitar 500-an orang yang tercatat sebagai pekerja pada tahun 1981-an. Mereka tersebar di kantor Jakarta, Balikpapan dan paling banyak di Bontang.
Mereka perlu pelatihan di kelas dan praktik di pabrik urea sejenis yang ada di Palembang. Sebagian dari mereka juga dikirim ke beberapa negara Asia dan Eropa untuk pelatihan proses pabrik sampai beberapa bulan. Bergelombang, mereka dikirim bergantian. Ada sekitar satu tahun untuk menyiapkan pekerja ini supaya bisa siap mengoperasikan pabrik.
Proyek konstruksi pabrik ini molor waktunya. Proyek pabrik ini adalah proyek grass root yang membangun pabrik untuk pertama kali dan berdiri sendiri. Semuanya harus diusahakan sendiri termasuk untuk utilitiesnya, air, steam (uap) dan listriknya. Begitu pabrik jadi pembangunannya maka harus dicoba-coba dulu supaya stabil operasinya.
Setelah semua terangkai dan dicek oleh ahlinya maka pabrik siap untuk dijalankan. Awalnya menyediakan boiler kecil, kurang lebih sebesar truk tangki minyak. Boiler ini memproduksi steam 7 kg/Cm2 dengan temperatur sekitar 160 C.
Steam ini untuk memanasi unit desalinasi, yang memproduksi air tawar dari air laut. Air tawar ini digunakan sebagai air umpan boiler, Boiler Feed Water (BFW). BFW sebagai umpan Boiler Denaeyer yang memproduksi steam 40 kg/Cm2. Steam digunakan untuk menggerakkan turbin di pembangkit listrik. Ada juga genset kecil dengan tenaga diesel untuk produksi listrik lampu penerangan dan beberapa peralatan kecil.