Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 13/12/2025
Kecelakaan lalu lintas masih salah satu masalah keselamatan publik paling serius di Indonesia. Setiap tahun ribuan nyawa melayang di jalan raya. Jauh lebih banyak dibanding korban bencana alam yang kerap menjadi sorotan publik.
Bencana alam sering menimbulkan rasa takut dan perhatian sesaat. Realitasnya kecelakaan transportasi merupakan pembunuh lebih konsisten dan masif.
Kecelakaan transportasi —khususnya lalu lintas— terjadi setiap tahun. Jumlah korban meninggal berkisar 15.000 hingga 26.000 orang. Belum 15.963 luka berat dan 180.739 luka ringan. Total korban mencapai sekitar 218.892 jiwa per tahun.
Korban bencana alam lebih sedikit. Rata-rata korban meninggal akibat gempa, tsunami, banjir, atau longsor sekitar 1.000 hingga 3.000 orang per tahun. Korban meninggal akibat kecelakaan transportasi mencapai 5 hingga 10 kali lebih banyak dibanding korban bencana alam tahunan.
Kecelakaan transportasi terjadi setiap hari sepanjang tahun. Bencana alam bersifat episodik atau musiman. Kecelakaan transportasi sebagai ancaman konstan yang tidak boleh diabaikan. Sudah seharusnya diberi perhatian tidak kalah serius dibanding bencaana alam.
Secara teoritik, penyebab kecelakaan transportasi dapat dikategorikan menjadi faktor manusia, kendaraan, dan infrastruktur. Berdasarkan data Pusiknas Polri tahun 2023: faktor manusia (human error): ±94,7%. Faktor kendaraan: ±3,5%. Faktor infrastruktur / kondisi jalan: ±0,82%. Faktor alam (cuaca ekstrem, kabut, banjir): ±0,1%. Tidak diketahui / lainnya: ±0,87%
Human error menjadi penyebab dominan, mencakup perilaku seperti: kurang memperhatikan jalan (29% dari total human error). Gagal menjaga jarak aman (27%). Ceroboh saat berbelok (15%). Melampaui batas kecepatan / ngebut (10%). Pelanggaran aturan lajur dan menyalip (19% gabungan)