Garep

CERPEN WARDIE PENA

“Bukankah kematiannya menandakan bahwa ia memang benar bersalah?” sahut seorang laki-laki yang lebih muda dari Oak Tede.

“Aku tak yakin dia mati lantaran meminum air suci itu. Aku curiga Rekas mendatangi rumah Kiman sepulang dari sanggar, lalu membunuhnya dengan cara melumpuhkan organ vitalnya atau bisa saja meracuninya,” tandas Oak.

“Lalu, apa yang bisa kita lakukan sekarang, Oak?” tanya Jazuli, salah seorang tokoh pemuda di kampung itu.

“Kita harus mencari Rekas dan mendesak Kepala Desa untuk mengadakan ritual garep lagi,” timpal lelaki yang sudah berambut putih itu, lalu beringsut dari sekepat, tempat ia dan masyarakat lainnya berembuk pagi ini. Mereka pun mengikuti langkah Oak Tede untuk mencari Rekas.
***
MALAPETAKA itu bermula dari tuduhan Rekas, seorang warga yang kehilangan sepasang sapi. Ia menuduh Kimanlah dalang di balik pencurian itu. Kebetulan memang malam ketika peristiwa tersebut terjadi, Kiman sedang tidak berada di rumahnya. Melainkan ia sedang menginap di repok ladang sayur miliknya di dekat lereng Gunung Semparu.

Selain itu, tuduhan tersebut juga bukan tanpa dasar. Kiman adalah seorang mantan maling. Semua warga tahu betapa beringasnya ia dulu menggondol barang-barang milik orang lain. Bahkan tidak jarang ia melukai tuan rumah bila sesekali mereka berupaya melawan. Karena untuk melancarkan aksinya, Kiman juga membekali diri dengan ilmu kanuragan yang mumpuni.

Keberingasannya lambat laun tersiar ke berbagai desa tetangga. Sehingga banyak orang sekedar mendengar namanya saja, mereka sudah bergetar ketakutan.

Atas dasar itulah pemerintah desa bertindak tegas. Kepala Desa bersama elemen masyarakat sepakat untuk mengusir Kiman dari Kampung Waru. Ia boleh tinggal dan bermukim di mana saja selama di luar Kampung Waru.

Lihat juga...