Guru

CERPEN SUNARYO BROTO

Di kiri kanan jalan ada tiang listrik, pohon dan sawah. Ada juga rumah kecil milik petani. Di kejauhan ada banyak pohon yang menggambarkan suatu desa. Ada kalanya ada matahari di antara dua gunung. Juga dihiasi dengan awan di langit dan beberapa burung terbang di kejauhan. Itulah gambar legendaris yang ada di kepala para siswa. Dan kami mencontohnya bertahun-tahun.

Waktu pelajaran mengarang, guru menerangkan tugasnya yaitu membuat karangan pendek masa liburan. Lalu guru memberi contoh kalimat pembuka di papan tulis. Biasanya berisi dengan kalimat, “Pada suatu hari kami liburan ke rumah kakek di desa. Kami naik sepeda dan bla…bla…bla…”

Persis mirip komik pembuka karangan Hans Andersen yang kadang kami baca. Semua murid juga diam tak tahu apa yang dilakuan. Kami tak biasa mengarang. Waktu berlalu. Kami bisanya mencontoh persis contoh guru di papan kelas. Lalu dirangkai dengan kata-kata, sesudah itu, kemudian, lalu. Begitu seterusnya sampai waktu habis dan kami tak bisa menyelesaikan karangan kami.

Kalau pelajaran olah raga, kami disuruh pergi ke lapangan sepak bola di ujung desa sebelah utara dan main bola sampai jam pelajaran habis. Kadang juga kasti. Lompat jauh atau tinggi memakai lapangan olah raga di sekolah.

Ada juga pelajaran meniti dengan meniti pada bilah bambu yang dipasang dengan dudukan yang kuat. Kami sudah biasa meniti karena sering berjalan di atas rel kereta yang banyak di kampung kami.

Bukan hanya itu. Sekolah mempunyai petak sawah di lokasi lain dan sekali waktu kami para siswa juga punya kegiatan tandur menanam padi di sawah, membersihkan gulma sampai memanen padi. Betapa gembiranya anak-anak bermain lumpur dan air.

Lihat juga...