Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 30/07/2025
Jumlah dan kualitas institusi intelektual (lembaga pendidikan tinggi) memiliki relasi langsung dan erat sekali dengan kemampuan suatu bangsa memimpin, membentuk, dan mempertahankan peradaban. Itu memiliki justifikasi teoritik dan realitas faktual-historis.
Ibn Khaldun (1332–1406)-Muqaddimah: “Siklus Peradaban dan Intelektualisme”. “Suatu bangsa akan makmur dan memimpin selama ilmu pengetahuan, peradaban, dan adab, berkembang dalam masyarakatnya. Ketika ilmu ditinggalkan, peradaban akan runtuh.”
Joseph Schumpeter (1883–1950) – “Innovation and Economic Development”. Memperkenalkan “Teori Modal Intelektual & Inovasi”. “Peradaban atau negara yang ingin memimpin dunia harus mampu melakukan creative destruction. Itu hanya mungkin dengan adanya sumber daya manusia unggul.
Immanuel Wallerstein-The Modern World-System. Mengemukakan “Teori Sistem Pengetahuan Dunia (World-System Theory)”. Negara-negara core (inti) dalam sistem dunia menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan pendidikan tinggi. Itu dasar dominasi global.
Gary Becker (Chicago School): Human Capital Theory. “Bangsa yang menghasilkan lulusan terdidik dari lembaga bermutu akan meningkatkan produktivitas, memperluas inovasi, memimpin sektor ekonomi strategis.
Peter Drucker & Manuel Castells: Teori Ekologi Pengetahuan (Knowledge Ecology). Dalam “era informasi”, peradaban ditentukan bukan kekuatan militer atau sumber daya alam. Melainkan oleh produksi, distribusi, dan penggunaan pengetahuan. Negara atau bangsa yang memimpin universitas dan riset global, memimpin peradaban (contoh: AS pasca-1945).