Institusi Intelektual dan Kepemimpinan Peradaban

Geoffrey West – Scale: The Universal Laws of Life, Innovation, and Growth. Mengemukakan teori “Kompleksitas dan Interdependensi Intelektual”. Inovasi dan kemajuan sosial tumbuh eksponensial seiring bertambahnya koneksi intelektual dan kolaborasi riset.

Bisa kita telusuri realitas faktualnya. Teori-teori itu menggambarkan realitas-historis dari masa ke masa.

Era Sebelum Romawi dan Yunani: Mesir dan Mesopotamia memiliki pusat intelektual seperti perpustakaan dan “rumah kehidupan”. Yunani: Akademi Plato dan Lyceum Aristoteles menunjukkan korelasi awal antara filsafat dan pengaruh budaya/politik.

Pada masa Romawi: mengadopsi pengetahuan Yunani, tetapi fokusnya hukum, militer, dan administrasi. Kepemimpinan Romawi tidak didasarkan pada inovasi ilmu atau pendidikan massal, melainkan kekuatan militer dan hukum. Semua itu memerlukn ilmu pengetahuan.

Dunia Islam (abad 8–12) memimpin peradaban karena kekayaan ilmu dan madrasah. Contoh: Baitul Hikmah di Baghdad. Eropa bangkit lewat pendirian universitas: Bologna (1088), Oxford (1096), Paris (1150) → jadi pusat hukum, teologi, dan logika. Membuktikan: siapa yang punya sistem pendidikan tinggi berkembang, cenderung jadi pelopor sains dan politik.

Jumlah total universitas di Eropa sebelum 1500: Sekitar 70–80 buah. Dominasi peradaban akhirnya bBerpindah dari dunia Islam ke Eropa Barat. Eropa mulai mengungguli dalam bidang hukum, teologi, dan filsafat skolastik.

Era Renaisans – Revolusi Ilmiah: universitas mendukung penyebaran ide baru (Copernicus, Galileo, Newton). Negara-negara dengan universitas dan akademi ilmiah berkembang (Inggris, Prancis) memimpin eksplorasi, kolonialisme, dan sains. Pendidikan jadi alat kekuatan negara. Terdaoat Sekitar 200–300 universitas di Eropa.

Lihat juga...