Guru

CERPEN SUNARYO BROTO

Halaman sekolah termasuk luas. Di samping halaman bermain dan untuk upacara di depan kelas, ada juga halaman kebun di samping sekolah untuk ditanami tanaman kebun seperti singkong, ketela rambat, pisang.

Tukang kebunnya namanya Kusyoi yang berasal dari kampung sebelah. Di kebun ini tempat “kreativitas” siswa dijalankan. Kalau pisang sudah tua, batangnya ditusuk dan pisang bisa masak. Kita, para siswa bisa makan pisang masak.

Atau tanah digali untuk mengambil singkongnya tanpa mencabut batangnya. Maka harus kucing-kucingan dengan Pak Kusyoi. Kalau istirahat kami bermain kelereng, sopiran, gobak sodor atau gamparan di halaman sekolah. Kalau musim main karet gelang atau gambar umbul kami memainkannya.

Pagi-pagi saya harus berangkat sekolah. Tanpa alas kaki dan seragam sekolah. Saat itu belum lazim adanya seragam dan sepatu. Membawa beberapa buku di dalam tas koper dari kayu.

Tas yang membelikan ibu sewaktu ada pasar malam cembengan di pabrik gula. Kadang kalau berbareng dengan kereta pagi yang membawa lori tebu, kita bisa membonceng di lori-lorinya. Jangan tanya bagaimana caranya naik lori.

Rasanya hampir semua anak-anak kecil di sekitar pabrik gula sudah pandai bagaimana membonceng lori tebu. Tidak ada takut dan khawatir. Juga melompat kalau sudah sampai depan sekolah. Sampai di sekolah disuruh berbaris sebelum masuk ke kelas masing-masing. Sekolah kelas satu hanya sampai jam 10 pagi. Pulang sekolah bareng dengan kawan tetangga.

Guru saya pertama adalah Bu Warni. Kulitnya sawo matang dengan rambut lurus sampai pundak. Agak pendek perawakannya. Rumahnya tak jauh dari SD. Bu Warni adalah guru yang baik. Dia mengajar dengan sabar, menjelaskan dengan telaten, mengajar menulis, berhitung dan beberapa pelajaran SD kelas 1.

Lihat juga...