Luka di Hati Parto

CERPEN JANSEN WILLIAM

Gadis itu pernah berjualan pisang goreng hingga minggu ketiga bulan Januari di sudut toko besi itu. Sebagai gadis muda, ia cukup pintar berjualan pisang goreng.

Mulai memilih lokasi tempat berjualan yang strategis, memilih pisang kepok yang tak terlalu matang untuk dijadikan pisang goreng, hingga meraciknya sedemikian rupa, sehingga enak dan gurih. Juga ia sangat ramah kepada setiap pembeli, sehingga pisang goreng jualannya laris manis tanpa pernah tersisa.

Ia hanya sendirian berjualan pisang goreng, alias pemain tunggal. Atas kemandirian yang disandangnya itu, orang banyak salut kepadanya. Termasuk para penarik ojek sepeda motor yang mangkal di persimpangan jalan yang berdekatan dengan toko besi itu sangat salut kepadanya.

Namun, memasuki minggu keempat bulan Januari, ia tak pernah berjualan pisang goreng lagi di sudut toko besi itu, sehingga orang banyak bertanya-tanya ke mana perginya gadis penjual pisang goreng itu?

Termasuk Parto pemuda bujangan berusia 26 tahun, berprofesi penarik ojek sepeda motor, sering bertanya-tanya tentang keberadaan gadis penjual pisang goreng yang hilang bak ditelan bumi itu.

Selama ini, Parto sangat memperhatikan gadis penjual pisang goreng itu. Bahkan Parto sangat penasaran dan saban hari berpikir, mengapa tiba-tiba gadis penjual pisang goreng itu menghilang dari di sudut toko besi itu.

Parto pertama kali menyapa gadis penjual pisang goreng itu saat mengantarnya sehabis berjualan pisang goreng di sudut toko besi itu. Saat itulah Parto pertama kali melihat wajah gadis penjual pisang goreng itu yang memang cantik, sehingga Parto terpesona.

Parto merasakan gadis penjual pisang goreng bukanlah gadis biasa-biasa meski penampilannya cukup sederhana. Sampai-sampai, Parto merasakan gadis penjual pisang goreng memantik keindahan nan tak terlukiskan di dinding hati Parto.

Lihat juga...