Nenek Tahang

CERPEN JELSYAH DAULENG

Ia berkali-kali menggumamkan sahadat. Sampai saat putranya ingin izin ke masjid untuk salat Jumat, saat pembicara di masjid sudah memulai setelah azan, Nenek Hajah Tahang pergi.

Kata keluarga yang datang, nenek Hajah Tahang itu orang yang sabar. Tapi tak banyak orang lain yang tahu tentang nenek yang berkali-kali bangkit setelah jatuh itu.

Bahkan di cerita ini tak ada dialog, karena ia terlalu sabar, tak pernah mengeluh, mungkin saja ia lebih suka berbicara dalam doa setelah salat. Ia pergi setahun yang lalu. Dan aku ingin orang lain tahu kalau ada seorang wanita tegar dan sabar yang bernama nenek Hajah Tahang yang akan selalu mengajarkanmu arti bertahan.

Di kampungku ini, tidak ada lagi nenek yang pakai baju kebaya dan sarung batik, seperti khas pakaian nenek Tahang. Dan dengan tubuh ringkihnya berjalan ke masjid, satu-satunya tempat yang selalu ia datangi.

Kupikir lama kelamaan orang akan lupa padanya, sampai kemarin kudengar cucunya bilang sedang rindu dan iri dengan orang-orang yang bisa memasukkan cerita mereka di koran. Maka kubilang padanya, kenapa ia tidak kirim juga, ia bilang sudah, tapi tidak ada kabar selama ini.

Karena ada alasan lain, maka kuminta cerita-cerita yang dibuatnya. Aku meringis dalam hati, kuambil salah satu cerita yang ia tulis. Tentang Nenek Tahang juga rupanya, ia bilang ia ingin orang tahu ada orang yang namanya Nenek Tahang.

Kukatakan lagi padanya kalau banyak orang yang akan menghilang tanpa orang lain tahu, bukan hanya Nenek Tahang. Bahkan orang-orang tahun ini mungkin hanya akan tinggal satu-dua orang pada 2019. Dan aku melihat tanggal elektronik tahun itu, menghela nafas, aku juga mungkin akan dilupakan.

Lihat juga...