Nenek Tahang

CERPEN JELSYAH DAULENG

Hidupnya kembali bergerak. Ia bahkan tak pernah bercerita lagi, bagaimana sakitnya saat mobil dengan tempat duduk yang saling berhadapan, yang ditumpanginya berguling-guling beberapa kali.

Orang bilang, ia tidak akan bertahan hidup, tapi Tahang kembali bertahan dan menemani putri sulungnya menikah, mendapati cucu pertamanya yang hanya bertahan beberapa hari, dan melihat putrinya itu lebih dulu berbaring di tanah.

Aku bahkan tidak pernah mengerti bagaimana ia bisa menghadapi semuanya. Atau mungkin saja kehadiran putra yang kini jadi anak satu-satunya masih bisa jadi obat penenang untuknya.

Ia mulai menata hidup bersama putranya, berpindah ke pulau tetangga mencari rezeki yang ternyata semakin tahun berlalu semakin pula dibutuhkan.

Selain merawat putranya, beberapa pria dijadikan anak untuknya. Ia menjadi ibu bagi para anak-anak pengembara rezeki. Diawasinya mereka dengan perlakuan yang sama.

Ia tak masalah dengan anak-anak mereka yang suka bersenang-senang, menonton pertandingan sama-sama, atau hal lainnya, tapi paling tak suka kalau mereka itu berpacaran, akan mengganggu kehidupan mereka saja, pikirnya.

Setelah beberapa tahun, putranya akhirnya bisa menaikkannya haji bersama Keteng saudara sepupu yang juga ibu dari salah satu anak yang diasuhnya. Ia senang, bersyukur. Selama menunaikan ibadah haji, ia lagi-lagi menjadi pagar untuk orang-orang yang pergi bersamanya.

Menggenggam tangan mereka, bahkan tak masalah saat terinjak, tak akan ia lepaskan tangan Keteng dan teman lainnya.

Ia pulang setelah hajah menjadi gelarnya. Tiba di kampung halaman dengan putranya yang tak tinggal diam setelah orang-orang mulai berebut mendekati bus jamaah.

Lihat juga...