SEHARUSNYA tak ada siapa pun yang memilihkan seseorang menjadi pasangan hidup kita kecuali diri kita sendiri.
Namun seringkali semuanya terjadi begitu saja. Seolah begitu bangun dari tidur yang lelap kita tiba-tiba harus menerima kenyataan bahwa seseorang yang duduk menghadap cermin di sudut kamar adalah pasangan kita.
Terikat komitmen saling setia. Mendapati diri ini terjebak dalam sebuah kehidupan yang tidak kita inginkan. Kemudian merasa semuanya sudah telanjur, tak bisa diputar ulang seperti menyetel lagu atau film.
Itu adalah keluhan Faruk. Baiklah. Begini ceritanya. Faruk tiba-tiba merasa asing dengan pasangan hidupnya. Seolah-olah mereka baru dipertemukan semalam oleh seseorang yang menjodohkan mereka.
Padahal sudah puluhan tahun dia hidup seatap dengan perempuan itu. Melalui proses yang sebagaimana umumnya: bertemu, pacaran, menikah, lalu membangun keluarga. Tetapi seluruh proses panjang itu seperti tak pernah terjadi.
Faruk seolah baru menyadari bahwa dia hidup bersama seseorang yang amat mempercayai petuah kiai, ustaz, dan terutama dukun. Jenis orang yang mengandalkan doa atawa mantra untuk menyelesaikan masalah.
Seseorang yang selalu mengaitkan apa pun peristiwa sehari-hari dengan kekuatan yang tak dapat ditangkap indra. Jualan laris, mendapatkan jodoh, keberuntungan, kecelakaan, kematian. Bagi dia semuanya telah dirakit oleh kekuatan di luar tubuh sendiri.
“Nasibmu buruk terus karena ada jin jahat yang menyelubungi tubuhmu.” Begitulah istrinya sering berseru.
“Jin ada hanya karena kamu memikirkannya,” sahut Faruk mengutip ujaran seorang pengarang yang dia sukai karyanya tapi ia benci orangnya.