Mereka mengalami trauma yang mendalam. Tampang mereka tampak menyedihkan. Wajah keduanya sepucat kapas. Keringat dingin mengucur deras membuat basah baju yang mereka kenakan.
Saya cuma tahu Jakarta dari televisi. Semarak dan indah sekali. Segalanya ada. Malnya besar-besar. Bioskop, hotel, tempat hiburan tersebar di setiap pojok gang.
Terikat komitmen saling setia. Mendapati diri ini terjebak dalam sebuah kehidupan yang tidak kita inginkan. Kemudian merasa semuanya sudah telanjur, tak bisa diputar ulang seperti menyetel lagu atau film.
DUA ratus tahun kemudian kami akan dipertemukan lagi sebagai sepasang kekasih dalam wujud yang sempurna: dia lelaki tampan dan aku perempuan jelita. Dua ratus tahun bukan waktu sebentar terutama dalam hal kesiapan mental menghadapi beratnya…