Orang Suci

CERPEN ARIS KURNIAWAN

Faruk tak suka berdebat yang akan berakhir dengan pertengkaran. Apalagi dengan istri sendiri. Dia lebih suka menghindari percakapan tema apa pun yang berpotensi menyeretnya kepada perbantahan sekecil apa pun.

Bila tak sependapat dengan seseorang, dia akan memilih bungkam, atau mengalihkan ke topik lain atau menghindari orang itu. Bumi ini sudah sangat berisik karena penuh berisi orang yang menyediakan diri dengan suka rela untuk bertengkar. Dia tak ingin menambah kebisingan.

Faruk menghidupi ekonomi keluarga dari budi daya jamur merang karena tak mungkin mengandalkan penghasilan dari kebun kecil samping rumah. Jamur merang produksinya dia jual di kios mereka di pasar, sebagian dia kirimkan ke warung-warung.

Penghasilan yang dia dapatkan memang tidak sebesar dulu ketika jadi wartawan. Tapi masih lumayan dibanding tetangga sebelah menyebelah. Usaha ini memberi Faruk kehidupan yang cukup bahagia.

Dia dapat membeli kebutuhan pokok dan sedikit barang-barang yang hanya dia butuhkan, dan sesekali pergi memancing ikan di pantai.

Usaha budi daya jamur merang Faruk rintis sejak tujuh tahun lalu setelah dia meninggalkan pekerjaan sebagai wartawan di koran daerah. Dia mempelajarinya saat meliput pelatihan budi daya jamur merang yang diadakan perusahaan keuangan.

Faruk menikmati proses jatuh bangun sebagai kewajaran yang mengasyikkan. Tetapi rupanya tidak demikian dengan istrinya. Dia begitu menyesali keputusan Faruk melepas pekerjaan wartawan dan banting setir jadi pembudi daya jamur merang.

“Kalau dulu kamu tidak keluar dari pekerjaan itu, sekarang mungkin kita sudah punya rumah yang besar dan bagus. Punya mobil sedan. Seperti Ipung.” Entah sudah berapa kali kata-kata itu diulang-ulang istrinya.

Lihat juga...