Jauh sebelum dia dan perempuan itu bertemu untuk pertama kali. Jadi saat mereka bertemu, lagu itu sudah jarang diperdengarkan di radio maupun televisi. Faruk mendengarnya secara selintas dari radio, dan dia langsung menyukainya.
Rupanya lagu dipesan perempuan itu. Lewat radio lalu mereka berkenalan dan meminta dia menemani Faruk mencari kasetnya. Zaman itu memang tidak semudah sekarang, untuk mendapatkan apa saja yang kamu mau tinggal klik di internet.
“Syairnya menggambarkan keadaanku setelah ketemu kamu,” kata Faruk. Rayuan yang tepat mengenai sasaran: benak perempuan itu. Kebanyakan rayuan isinya adalah gombal. Tapi tidak dengan Faruk.
Dia sedang mengungkapkan fakta ketika mengatakan rayuan itu. Dia meninggalkan kebiasaan menghambur-hamburkan waktu di pinggir jalan, mabuk, main gitar nggak jelas juntrungan.
“Ikutilah jalanku,” kata perempuan itu, seperti gembala kepada domba yang tersesat dan ditemukannya nyaris terperosok di pinggir jurang. Dia mendadak menjadi orang yang paling dibutuhkan di dunia fana.
Kaset lagu itu sudah lama hilang tak berbekas. Faruk memperolehnya kembali dengan mengunduhnya dari internet. Dan hari-hari terakhir ini rajin memutarnya. Secara sengaja memperdengarkan kepada istrinya.
Tapi penggembala itu sekarang seperti domba liar. Dan Faruk kini merasa berubah jadi gembala yang kepayahan membawa si domba liar ke jalan yang benar.
Faruk baru selesai mencampur air bekas cucian beras dengan ramuan gula di dalam jeriken, di gudang yang dia sebut laboratorium. Itulah cara membuat pupuk organik cair yang dia pelajari dari video di internet.
Ini adalah sore yang mestinya indah. Tapi apa-apa yang disebut indah sudah hengkang dari rumah ini. Faruk hanya mendapatkannya dari pot-pot tanaman samping rumah dan bulu-bulu serta mata lucu si Igong, kucing tetangga yang belakangan tinggal di rumahnya gara-gara sering diberi makan.