SETELAH mengoyak tubuh lawannya yang ke sekian, pendekar itu mengangkat pedangnya yang berwarna merah darah ke langit sambil berteriak lantang kepada para kesatria dan pendekar lainnya. “Siapa lagi yang mempunyai nyali untuk mengantarkan nyawanya di ujung pedangku ini?”
Semuanya diam. Begitu pun sang raja tak berani menyahut. Wajahnya pucat, sang Baginda tidak percaya bahwa sebentar lagi kekuasaannya akan jatuh ke tangan pendekar sakti mandraguna itu.
Siapa yang tak kenal Randu Ijo, raja dari segala raja. Karena kekejaman dan kesaktiannya, Randu Ijo dijuluki kesatria Tanah Jawa. Hampir separuh kerajaan di Jawa tunduk di bawah kakinya. Sayap-sayap kerajaannya membentang dari timur ke barat.
Namun, Randu Ijo tak pernah puas kendati telah menjadi maharaja dan memiliki selusin istri yang jelita hasil rampasannya dari raja-raja lain. Dan itulah risiko yang harus dibayar Baginda Raja Sebrang Kidul setelah memutuskan menggelar sayembara uji kanuragan. Siapa yang keluar sebagai jawara akan diserahkan putrinya Diyah Pitaloka untuk dijadikan istri.
Alasan tunggal itulah yang membuat banyak para kesatria, pangeran, dan pendekar mengikuti sayembara. Siapa yang tak kenal Diyah Pitaloka, perempuan yang dianugerahi kecantikan dari dewa-dewa, membuat setiap lelaki ingin memperistri. Begitu pun dengan kesatria Tanah Jawa itu.
Tiba-tiba seorang pendekar berlari dari atas angin dan meluncur ke atas panggung. “Aku yang diutus malaikat untuk menghunus nyawamu,” katanya lantang.
“Hahaha… Kau telah menukar kebodohanmu dengan nyawamu sendiri anak muda. Siapa namamu? Biar semua orang yang ada di sini mengagungkannya setelah kematian menghampirimu.”