Aliran Kepercayaan Bukanlah Agama
Dalam amatan saya, aliran Kepercayaan yang ada di Indonesia, sama sekali tidak menunjukkan konteks keimanan kepada Tuhan. Tetapi, dalam konteks perilaku Budaya, masih dapat diterima. Mengingat, ajaran yang dianut dalam aliran kepercayaan, tidak bisa dihubungkan dan dikorelasikan dengan fakta yang terjadi dalam kehidupan manusia. Sebab, aliran kepercayaan tidak mengenal siapa yang yang menciptakan dunia ini. Aliran kepercayaan juga tidak bisa menjelaskan kehidupan setelah di dunia. Bahkan, aliran kepercayaan tidak bisa menjelaskan, ke mana setelah kita mati.
Dari berbagai amatan saya, Aliran kepercayaan hanya berbicara permasalahan tubuh, jiwa, dan raga. Namun, ketika berbicara asal muasal kehidupan, mereka tidak pernah dapat menjelaskan. Kitab yang dipercayai sebagai sebuah ajaran suci dalam aliran kepercayaan, hanya berlaku dan terbatas kuasanya. Ketika dihadapkan dengan konteks kuasa keilahiannya, sama sekali tidak memiliki nilai yang dapat disetarakan dengan manusia yang mendapat wahyu (disebut Nabi atau utusan Tuhan).
Bagaimana cara membedakan agama atau bukan? Bagi saya, ajaran agama abadi dihadapkan dengan permasalahan hidup manusia. Tidak terbatas untuk anak kecil, dewasa, orang tua, bahkan yang sudah lanjut umur. Ajaran agama dapat diterapkan. Sedangkan budaya tidak akan bisa. Budaya bisa berubah, sedangkan agama akan selalu tetap dan abadi, hingga akhir hayat hidup manusia.
Harapan saya sebagai penulis, tulisan ini dapat menyadarkan kita, bahwa semua manusia adalah insan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita harus mampu membedakan antara Agama dan Budaya. Demikian pula, kita juga harus mampu mempertahankan iman, suatu sikap percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang menciptakan manusia, alam, dan isinya.