Pembuat Teri Rebus Nelayan Lamsel Datangkan Garam dari Pati
LAMPUNG — Kebutuhan akan garam yang cukup tinggi bagi para pengolah ikan teri jengki dan teri nasi di tempat pendaratan ikan Muara Piluk sempat terhambat akibat mahalnya harga garam sebagai bahan utama pengawetan pengolahan teri.
Sumadi,salah satu pembuat teri jengki dan ikan asin mengungkapkan hasil tangkapan nelayan bagan pada bulan ini cukup melimpah sebagai bahan baku pembuatan teri.
Dia sempat menghentikan operasional pembuatan teri akibat melonjaknya harga garam per sak (ukuran 50 kilogram) yang harganya pernah mencapai di atas Rp200.000 per sak bahkan pernah mencapai harga Rp230.000 per sak.
Upaya menyiasati mahalnya harga garam oleh Sumadi bahkan dilakukan dengan memanfaatkan air garam yang masih bisa dimanfaatkan untuk proses perebusan meski kini harga garam kembali normal.
“Produsen teri memang menjerit jika harga garam sebagai bahan baku utama mahal. Kini harganya mulai berangsur menurun meski penurunannya belum begitu signifikan mencapai level yang diharapkan nelayan produsen teri,” terang Sumadi saat ditemui Cendana News tengah menurunkan puluhan karung berisi garam yang akan dipergunakan untuk pengolahan ikan teri, Senin (20/11/2017)
Pada kondisi normal diakui Sumadi harga garam ukuran 50 kilogram hanya mencapai Rp100.000 namun mulai merangkak naik menjadi Rp200.000 dan kini berkisar Rp180.000 persaknya. Bahan baku garam tersebut harus didatangkan dari Pati Jawa Tengah dengan cara memesan agar usaha pembuatan teri miliknya berjalan dengan lancar.
Ia berharap harga garam bisa kembali turun ke level Rp100.000 per sak agar biaya produksi untuk pembuatan ikan asin semakin menurun. Stok sebanyak 3 ton garam bahkan disiapkannya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan teri hingga awal tahun 2018 mendatang.