Petambak Udang di Lamsel Berhenti Beroperasi, Imbas Biaya Tinggi

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG, Cendana News – Petambak udang vaname di desa Berundung, kecamatan Ketapang, Lampung Selatan, terpaksa berhenti beroperasi.

Belasan petak tambak udang putih vaname di desa Berundung sudah tidak beroperasi sejak setahun terakhir ini.

Salah satu penggarap tambak udang putih vaname di desa Berundung, Untung mengatakan faktor cuaca dan biaya operasional yang tinggi menjadi penyebabnya.

“Meski sebagian tambak tradisional milik warga tetap ada yang beroperasi, namun sejumlah tambak insentif memilih istirahat,” kata Untung, Senin (25/4/2022).

Menurut Untung, biaya operasional yang tinggi dari listrik penggerak kincir, sumur bor, dan tenaga kerja. Serta biaya bibit dan pakan, membuat petambak udang insentif gulung tikar.

“Sejumlah petak tambak berukuran sekitar 20×30 meter sementara dikosongkan,” katanya.

Bahkan, beberapa petak tambak udang tampak dibiarkan ditumbuhi semak belukar.

Sementara beberapa petak lainnya dengan sumber air payau dimanfaatkan untuk budidaya ikan mujair.

“Petambak tradisional sebagian memilih beralih ke profesi lain sementara waktu, memanfaatkan lahan tanggul untuk budidaya sayuran,” ungkap Untung.

Sementara itu petambak lainnya, Suharso mengatakan sejumlah petambak tradisional masih ada yang beroperasi dengan skala kecil.

Petambak tradisional memilih jenis udang windu yang bisa dibudidayakan secara semi intensif.

“Namun waktu budidaya udang windu lebih lama, dan butuh biaya yang besar juga,” ungkap Suharso.

Menurutnya, petambak udang memang kerap gagal panen oleh beragam sebab.

Misalnya, faktor hama penyakit bintik putih, myo dan perubahan cuaca yang berimbas kematian bibit udang hingga gagal panen.

Lihat juga...