Titiek Soeharto, Swasembada Ikan Masih Jauh dari Harapan

SABTU, 27 FEBRUARI 2016
Jurnalis : Koko Triarko / Editor : ME. Bijo Dirajo / Sumber Foto: Koko Triarko 

YOGYAKARTA — Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto menyebutkan, swasembada ikan di Indonesia masih jauh dari harapan. Sebagai contoh, produksi di Yogyakarta masih belum mampu memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri. Hal tersebut disampai Putri Presiden kedua RI dalam jaring aspirasi di Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Mina Kepis, dusun Burikan, Mlati, Sleman, Sabtu (27/2/2016).
Titiek Soeharto Meninjau kolam ikan KPI Mina Kepis
“Alih-alih membicarakan swasembada ikan dan apalagi eksport ikan, untuk memenuhi kebutuhan di daerahnya sendiri pun Yogyakarta masih belum mampu,”sebutnya.
Titiek mengaku sangat prihatin melihat kondisi bangsa yang masih belum mencapai swasembadanya di banyak bidang. Padahal, beragam bantuan pemerintah sudah disediakan. Namun Titiek Soeharto bertekad untuk terus memperjuangkan aspirasi masyarakat melalui Komisi IV Bidang Pertanian dan Perikanan DPR RI, dan akan berupaya keras untuk memaksimalkan penyaluran beragam bantuan mulai dari pendampingan dan bantuan peralatan di wilayah Sleman, khususnya kecamatan Mlati.
Sebelumnya, Ketua Kelompok Tani Ikan Nelayan Andalan Kabupaten Sleman, Sri Wulan mengatakan, Yogyakarta masih kekurangan ikan. Dikatakan, hasil tangkapan ikan nelayan se-DIY hanya sebanyak 5.000 Ton pertahun, sedangkan hasil budi daya ikan di darat hanya 71.000 Ton pertahun. Jumlah tersebut menurutnya masih jauh dari mencukupi. 
“Berbagai kendala dialami oleh nelayan antara lain masih belum adanya mesin pendingin dan pencetak es balok untuk kebutuhan ikan sebanyak ratusan ribu ton, dan kapal nelayan yang juga masih belum memadai untuk melakukan tangkapan ikan dalam jumlah besar,”sebutnya. 
Dian Apsari, Penyuluh PNS perikanan Kecamatan Mlati
Hal senada juga disampaikan Penyuluh Perikanan Kecamatan Mlati, Dian Apsari mengungkapkan, secara umum pembudidaya ikan di Sleman tahun ini mengalami kesulitan pasokan benih, sehingga kemampuan produktifitasnya pun menurun. Beragam kendala lain juga dihadapi seperti mahalnya harga pakan, sedangkan bantuan alat pakan mandiri di wilayah kecamatan Mlati belum didapatkan. 
“Pasokan benih yang langka tahun ini diakibatkan banyaknya pembudidaya benih yang gagal akibat cuaca tidak menentu,”jelas Dian.
Disebutkan, di Kecamatan Mlati ada sebanyak 31 Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) yang sebagian besar di antaranya masih belum berbadan hukum, sehingga kesulitan mengakses berbagai bantuan. Selain itu, kendala terbesar yang dihadapi pembudidaya ikan di wilayah Mlati adalah sumber air yang di musim kemarau selalu menurun drastis.
Titiek Soeharto Memberi pakan ikan
Sementara itu, Ketua KPI Mina Kepis, Sutiyanto menjelaskan, kolam ikan yang dikelolanya terdiri dari 22 petak kolam untuk budi daya ikan, 5 petak kolam untuk indukan, dan 26 petak kolam untuk penampungan ikan siap jual. Sedangkan ikan yang dibudidayakan adalah ikan nila, bawal, lele. Ada pun produktifitasnya pertahun mencapai kurang lebih 132 Kwintal. Jumlah tersebut, menurutnya, masih belum mampu memenuhi kebutuhan ikan di wilayah Sleman. 
“Hasil ikan sebanyak itu bagi kami sebenarnya sudah maksimal, karena setiap kemarau ada penurunan hasil akibat kelangkaan air. Selain air, tidak ada kendala besar bagi kami. Karena untuk penyakit ikan seperti jamur, sudah ada penyuluh yang bisa mengatasi”, pungkasnya.
Dalam kunjungan kerja, Titiek Soeharto juga menyempatkan diri meninjau  pembuatan pakan dan pembenihan ikan serta pengolahan produk abon ikan lele KPI Mina Kepis dan pihaknya akan mengupayakan bantuan alat untuk pengerukan Embung sebagai sumber air puluhan kolam di kecamatan Mlati. 
Titiek Soeharto Meninjau pembenihan ikan

Titiek Soeharto Meninjau pengolahan abon ikan lele
Lihat juga...