TENGAH malam cuaca Yogya dingin. Sudah lama tak hujan. Kalau siang panas hingga debu-debu jalanan beterbangan menimpa kamar-kamar kos di pinggir jalan ini.
Di sebuah kos-kosan sederhana, hanya beberapa meter dari Selokan Mataram di pinggiran kampus ternama, seorang anak muda lulusan SMA dari daerah masih terjaga. Dia sedang belajar mempersiapkan ujian masuk PTN untuk menatap masa depannya.
Dia menumpang kamar kakaknya. Dari sebelah kamarnya dia mendengar suara mesik ketik teratur. Ada lobang lampu di tembok bagian atas pada dinding tembok pemisah kamar sehingga waktu malam suara itu terdengar jelas.
“Tak…tik…tak…tik…tak….tik,” begitu terus sampai larut malam. Entah sampai jam berapa karena anak muda itu tertidur juga. Bukan hanya malam itu. Malam berikutnya, suara mesin ketik itu juga menghiasi menjelang lorong mimpi.
Kadang terselip suara lagu Ebiet G Ade, Cita-cita Kecil si Anak Desa atau Lagu untuk Sebuah Nama dari kamar lain. Atau lagunya Chrisye, Malam Pertama. Kadang juga Esok Masih Ada dari Utha Likumahuwa.
Beberapa hari kemudian terdengar suara beberapa rekan berkomentar kalau ada artikel penghuni kos itu dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat.
“Ayo…ayo makan-makan, syukuran. Honor menulis he..he..” komentar beberapa rekannya. Penulisnya, hanya tertawa riang. Aku hanya terpana dan membatin, “Wow, malam-malam suara mesin ketik itu pertanda menulis artikel ya…. Boleh juga ini…”
Selang beberapa bulan kemudian, si anak lulusan SMA itu sudah menjadi mahasiswa baru dan tinggal di kos itu bersama kakaknya yang juga kuliah di universitas sama. Mahasiswa baru itu saya, lalu kenal dengan penulis artikel itu yang kuliah di Sastra.