Reuni di Makam Kahlil Gibran

CERPEN SUNARYO BROTO

“Mulai November sudah bisa melihat salju di Lebanon. Kapan lagi he..he…” kata Mas Yasin, via WA.

“Kenapa diskusi dengan saya tentang tulisan berbau knowledge manajemen? Apa ini tidak berlebihan? Kan saya hanya penulis nanggung? Tidak terkenal, tidak profesional dan tidak produktif.”

“Saya sudah baca profilmu dari Google. Sudah banyak menulis buku. Dari esai, traveling, puisi, cerpen sampai novel. Terutama serial buku knowledge manajemen. Dapat award nominasi pegiat literasi itu sudah mumpuni untuk urusan literasi he..he… Saya tertarik pada buku knowledge manajemen yang kamu buat. Sepertinya menarik…”

“Mas kan penulis lebih terkenal dari saya. Ulasannya dalam dan pengalamannya hebat. Kenapa tertarik tulisan serial knowledge manajemen?” tanyaku sambil mengukur diri.

“Saya penasaran dengan tulisan serial knowledge manajemen itu apa, supaya cerita tentang pribadi yang cenderung subyektif bisa dikurangi he..he..”

“Supaya anda dan teman-teman ke sini. Kapan lagi? Di sini suasananya asyik. Nanti kita bisa reuni kecil-kecilan. Syukur bisa besar-besaran. Di sini banyak bahan menulis cerpen or novel dengan setting Lebanon he..he..”

Saya masih ragu. Meyakinkan diri. Reuni kok di Lebanon, kayak mau meliput perang saja. Reuni di Makam Kahlil Gibran, reuni yang tak biasa.

Sesekali kita harus menjalani hal yang tak biasa. Supaya beda.

“Ayolah… nanti bisa lihat makam dan museum Kahlil Gibran. Kalau sudah merasakan alam pegunungan Lebanon bisa ketularan Kahlil Gibran, idolamu dulu.”

“Kok tahu kalau idola?”

“Lha, dulu buku Kahlil Gibran berderet di rak buku. Kamu suka mengutip syair, anakmu bukan anakmu tetapi anak sang kehidupan… ha..ha..”

Lihat juga...