Reuni di Makam Kahlil Gibran

CERPEN SUNARYO BROTO

“Wow, unik juga negeri ini.”

“Penduduk Lebanon yang tinggal di luar negeri dua kali lipat lebih dari yang tinggal di Lebanon. Kebanyakan di Amerika Selatan. Warga Lebanon boleh berwarganegara ganda, bahkan tiga. Para ekspatriat kaya yang tinggal di luar negeri ini menjadi penopang ekonomi Lebanon.”

“Untuk buku-buku gimana?” tanyaku. Setiap pergi di suatu tempat saya biasanya mencari buku lokal. Atau suvenir berhias aksara setempat.

“Beirut pusat penerbitan buku dunia. Tetapi tak banyak toko buku. Buku-buku yang dicetak di Beirut langsung diekspor. Ada guyonan, buku-buku ditulis di Mesir, dicetak di Lebanon, dibaca di Irak, Iran, ha..ha…”

Bila pergi ke suatu tempat, kunjungan wajibnya adalah ke museum. Kami ke Museum Nasional Beirut di Damaskus street. Museumnya megah dan bersih. Bangunan depan dengan tiang besar model Spanyolan. Kami nikmati guci-guci kuno, keramik berbagai bentuk, aneka patung wajah. Juga relief dan patung era Yunani. Patung Pharaoh dan obelisk Mesir juga ada.

Lalu kami city tour dengan melihat Gemmayzeh Street yang banyak bangunan kuno dan grafiti. Asyik sekali. Lalu ke Corniche menikmati pinggir laut dan Masjid Mohammad Al-Amin yang beratap biru di Martyrs Square.

Empat menaranya yang lancip menjulang ke langit. Kami lalu menuju Aldelkhamar. Di pusat kota atau Delalkhamar Square, ada sebuah bangunan dengan pancuran air kuno. Pengunjung dapat meminum air pancuran tersebut karena sangat bersih yang mengalir langsung dari Bukit Barukh.

Di waktu luang, saya mengunjungi museum Kahlil Gibran di Bsharri, sebuah kota di utara Lebanon. Di kota inilah Kahlil Gibran dilahirkan pada 6 Januari 1883.

Lihat juga...