Reuni di Makam Kahlil Gibran

CERPEN SUNARYO BROTO

Mas Yasin, penulis artikel itu mahasiswa yang aktif. Kuliah di dua universitas. Dan dia satu kampung dengan saya. Di sela waktu kuliah dia masih sempat menulis artikel dan dimuat di koran.

Aku sering mengobrol dengannya. Bertanya satu dua isu dunia mahasiswa. Mas Yasin yang ramah dengan senang hati menjelaskannya. Kalau menjelaskan wajahnya antusias. Meski kadang suka bercanda pemikirannya tak bisa dipandang sebelah mata.

Kalau malam-malam terdengar ada suara mesin ketik sampai larut malam berarti beberapa hari akan keluar artikelnya di koran. Lalu ritual teriakan “makan-makan” dari teman-temannya pun mengiringinya.

Aku dan juga teman lainnya akan merubung sebuah artikel di koran dan membacanya bergantian. Semua mengacungi jempol.

Lalu berita itu terdengar lagi. Mas Yasin memenangi salah satu lomba menulis artikel dari Departemen Agama dan mendapat hadiah jutaan plus umrah. Lalu ritual teriakan “makan-makan” dari teman-temannya pun mengiringinya.

Wah hebat betul. Masih mahasiswa sudah bisa ke luar negeri dan umrah. Tak ada yang berani, mahasiswa penghuni kos itu bermimpi pergi ke luar negeri. Tapi Mas Yasin tak perlu mimpi, dia sudah pergi ke luar negeri rupanya, hmmm.

Pernah suatu saat, aku diajak mengambil sebuah ketikan dengan berboncengan motor. Di jalan dekat kampus universitas negeri agama itu banyak jasa pengetikan skripsi. Mas Yasin menghampiri salah satu kios.

Lalu mengambil hasil ketikan. Katanya skripsi. Lalu aku ikut melihat halaman dalam dan kaget karena semua ketikan berhuruf Arab.

“Lho ketikan berhuruf Arab, ada ya?” tanyaku.

“Ya ada. Nyatanya itu sudah jadi skripsinya he..he…” jawab Mas Yasin.

Lihat juga...