“Gimana membacanya ini. Arab gundul he..he…” Aku baru tahu ada jasa pengetikan skripsi bahasa Arab.
“Wah hebat. Sudah lulus ya, mas? Selamat mas…”
Beberapa bulan kemudian Mas Yasin wisuda dan bekerja sebagai dosen di Semarang. Kadang sekali waktu Mas Yasin masih mengunjungi teman-temannya di kos. Bercanda dan bernostalgia.
***
ITU kenangan mahasiswa yang menari-nari di pelupuk mataku. Waktu berlalu tak bersisa. Aku sudah pensiun dari kerja selama hampir 30 tahun di sebuah perusahaan kimia di belantara Kalimantan dan sekarang tinggal di kota kecil kampung halaman, lereng Gunung Lawu.
Menunggu vila dan berkebun. Merawat sehat dan kesenangan. Sekali-kali menulis di blog atau koran dan melukis yang aku bisa.
Semenjak lulus dan berpisah tempat, kami tak berhubungan lagi. Tapi belakangan terdengar kabar sejak era reformasi, Mas Yasin menjadi anggota dewan di pusat. Dan belakangan menjadi Petinggi Dewan. Kami bisa berkomunikasi lagi sejak ada teknologi terkini WA (WhatsApp).
Aku masih berpikir pada tawaran teman senior di kos dulu, Mas Yasin. Siapa sangka Mas Yasin sekarang menjadi petinggi kedutaan di Lebanon, tempat kelahiran pujangga besar Kahlil Gibran. Memang pantas dia meraih itu semua.
Waktu mahasiswa sudah kelihatan talentanya. Bisa menulis di koran dan bisa ceramah di publik. Dan dia menawari saya dan teman-teman lain penghuni kos berkunjung ke sana. Dia ingin diskusi buku serial knowledge manajemen dengan saya.
Memang sesekali saya menulis buku knowledge manajemen seorang tokoh dengan menjadi semacam ghost writer. Tidak menyangka ketrampilan menulis buku ini bisa menjadi kegiatan positif setelah pensiun. Sudah ada lebih dari 5 buku serial knowledge manajemen diterbitkan waktu saya kerja.