Ndaru

CERPEN AKHMAD SEKHU

Herdi tentu tidak percaya begitu saja dengan jawaban Pak Marbun, yang nada bicaranya bergetar dan tampak penuh keterpaksaan menjawab karena memang dalam ancaman anak buah Bardah yang tentu atas perintah Bardah untuk tidak buka mulut mengenai keberadaan Arman sebenarnya.

Herdi tidak bertanya lagi karena konsentrasinya kini hanya pada pencoblosan. Ada pun Mahhamah tampak begitu amat sangat resah karena gadis manis yang dikenal sebagai kembang Desa Karanglo itu benar-benar amat sangat kehilangan Arman.
***

SAAT siang menjelang petang tiba, Arman baru dibebaskan, tapi tetap dalam pengawasan anak buah Bardah yang begiru sangat ketat. Meski sudah dibebaskan Arman belum bisa menampakkan diri datang ke tempat pencoblosan Pilkades Karanglo.

Arman tidak tahu harus ke mana dengan dirinya dilepas di tengah hutan belantara yang begitu sangat luas. Sungguh Arman berusaha keras untuk bisa datang ke tempat pencoblosan pilkades Karanglo dan ingin menyaksikan penghitungan suaranya.

Karena kalau ikut pencoblosan tentu tidak mungkin. Hari sudah petang dan tentu sudah waktunya penghitungan suara.

Sementara itu di kejauhan sana di tempat pencoblosan pilkades Karanglo sedang dilakukan penghitungan suara. Awalnya hasil suara yang dibacakan adalah gambar padi yang itu berarti jatuh pada Herdi yang membersitkan harapan kalau Desa Karanglo sudah berani memilih sesuai dengan hati nurani.

Tapi, kemudian segera disusul dengan hasil suara Bardah bergambar ketela yang dibacakan terus-menerus tiada henti. Sedangkan hasil suara Parto jarang sekali dibacakan, bahkan bisa dibilang sangat kecil sekali.

Kemenangan telak pada kubu Bardah yang mengantongi suara 71 persen, kemudian disusul Herdi 25 persen dan sisanya 4 persen untuk Parto.

Lihat juga...