2008
LISA tak mengerti kenapa Ibunya yang suka mendongeng dan menyanyikan lagu untuknya sebelum tidur harus pergi. Lisa tak mengerti kenapa Ibunya yang cantik itu harus pergi jauh sementara Lisa belum selesai sekolahnya. Padahal Lisa ingin membahagiakan Ibunya sampai sekolahnya selesai.
Lisa tak ingin lagi ribut dengan adiknya Didi yang bawel dan pelit, dan juga tak mau menyusahkan Ibu dengan seringnya minta uang jajan.
Tapi, hari ini Ibu berkata ia harus pergi. Pergi ke mana, Bu, tanya Lisa. Jauh, Nak. Ibu pergi untuk kamu, Nak. Semuanya untuk Rufi, kamu dan Didi, kata Ibu sambil membelai halus rambut Lisa.
Lisa tak mengerti setelah ayahnya yang pergi lebih dulu kali ini Ibunya juga harus pergi. Olala, betapa sepinya, kata Lisa. Kan, ada Nenek, Lisa, kata Ibu. Nenek dan Mbak Rufi akan menemani Lisa dan Didi setiap hari. Tenanglah, Ibu pasti akan pulang, Lisa, kata Ibu.
Ya, tapi pergi ke mana dan pulangnya kapan, Ibu tak menjawab. Buat Lisa Ibu tak mau menceritakan rencana kepergiannya karena ingin membuat kejutan. Ah, ini pasti indah, pasti, batin Lisa.
Berkali-kali Ibunya hanya bilang ia pergi untuk Lisa, untuk Didi, untuk kami semua di sini. Ibu bilang ia pergi bukan untuk dirinya sendiri. Tapi apakah Ibu akan kembali? Ibu hanya tersenyum. Tentu Ibu akan kembali, Nak, jawab Ibu. Sekali lagi Ibu pergi untuk kalian, Nak, bukan untuk Ibu. Janji, ya, kata Lisa. Ibu berjanji, Lisa, bisik Ibu.
Hari ini adalah hari terakhir Ibu bersamanya. Seperti biasa malam ini Ibu mendongeng dan menyanyikan lagu untuk Lisa sebelum tidur. Suara Ibu yang nyaring dan jernih menyejukkan hati Lisa.
Tak lama kemudian Lisa tertidur. Dalam mimpinya Lisa bermimpi naik kereta yang ditarik sepuluh ekor kuda bersayap putih bersama Ibu, Didi, Nenek dan juga Mbak Rufi ke langit penuh bintang. Di sisi mereka muncul bunga-bunga bermekaran.