DI puncak bukit yang sepi nan wingit, pada malam yang begitu hitam kelam tiba-tiba muncul cahaya kuning, seperti kunyit sebesar buah kelapa. Sebuah cahaya perpaduan cahaya emas, perak dan besi, yang terbang di langit Desa Karanglo dan kemudian jatuh ke arah barat.
Orang-orang kampung mempercayai cahaya kuning itu adalah ndaru sebagai isyarat alam yang akan menunjukkan siapa pemenang dalam pemilihan kepada desa alias Pilkades.
Arman yang punya daya linuwih (punya kepekaan berlebih) menggunakan ngelmu titen (kepekaan untuk mengingat atau mencatat peristiwa) itu melihat ndaru jatuh ke arah barat, ke arah rumah Bardah, salah satu calon dalam Pilkades Karanglo.
Apakah dengan demikian Bardah akan jadi pemenang, sebagaimana para orang tua zaman dulu sangat mempercayai bahwa alam senantiasa memberikan pertanda untuk manusia?
Ndaru adalah pertanda gaib yang bentuknya berbeda-beda. Kadang ndaru berbentuk sesosok bayangan, kadang terlihat seperti bidadari, tapi lebih sering terlihat seperti cahaya kuning, seperti kunyit sebesar buah kelapa yang melesat dari langit. Di rumah siapa ndaru itu jatuh atau terlihat maka diyakini penghuni rumah itulah yang akan menang.
Tapi yang pasti Arman tetap mendukung Herdi, teman akrabnya, yang kini menjadi salah satu calon lainnya dalam Pilkades Karanglo. Arman percaya teman akrabnya itu bersih dan tidak money politic.
Lain halnya dengan Bardah, yang termasuk keluarga kaya raya, punya banyak uang, tentu bukan rahasia umum, sudah jelas money politic. Bahkan begitu terang-terangan memberikan uang pada masyarakat desa agar mau memilih dirinya pada saat pencoblosan Pilkades Karanglo.