“Tapi ini kabar yang kami terima, Mbak. Kami juga tak menyangka jadinya akan seperti ini. Apa daya sepertinya…”
“Sepertinya apa?? Lantas apa tanggung jawab kalian?? Apa kerja kalian, ha??”
“Kami hanya menyampaikan kabar ini kepadamu, Rufi. Ibumu …”
Oh, jadi ini tentang ibu? Ibu pulang? Hore, Ibu mau pulang! Tapi kalau Ibu mau pulang kenapa Mbak Rufi dan Nenek menangis?
“Kami bahkan tahu kabar ini setelah membaca media-media online dan Koran asing. Tapi kami akan usut sampai tuntas kasus ini sampai mereka tahu bahwa ada yang tidak beres. Kami tahu sebenarnya ini adalah pembelaan diri Ibu kalian terhadap sikap majikannya. Kami tahu hal ini tidak sepatutnya terjadi bila vonis segera direspon advokasi pemerintah…”
“Ya, sepertinya ada yang ditutupi sehingga kasus ini baru ketahuan kemarin. Ada yang tidak mau kami tahu kabar ini…. Ada yang….”
Oh, ada apa dengan Ibu? Tadi orang-orang kota itu bilang “kasus”? Apakah Ibu berbuat kesalahan? Apakah Ibu mencuri? Apakah Ibu… Lalu Ibu ke mana? Kenapa Ibu tidak pulang? Lisa mengerti ini semua pasti tentang Ibu. Segera ia menghambur keluar dari bilik kamarnya yang sempit.
“Ibu pulang, ya, Nek? Ibu kapan pulang? Ibu kenapa, Mbak Rufi? Ada apa dengan Ibu, Mbak?” tanya Lisa. Ditariknya tangan Nenek, juga Mbak Rufi.
Tapi di ruang tamu itu tak ada yang menjawab. Semuanya yang ada di ruang tamu hanya memandang Lisa dengan wajah muram.
Mbak Rufi lalu memeluk dan membelai kepala Lisa.
“Ibu pergi ke surga, Lisa,” bisik Mbak Rufi pelan. ***
Pamulang-Rawamangun, Januari 2018
Donny Anggoro pernah malang melintang sebagai editor, penerjemah lepas, dan penulis di berbagai penerbitan. Terakhir bergiat sebagai tim editor di Lembaga Bhinneka, Surabaya (2012) dan penerjemah di The Borneo Institute, Palangkaraya (2016). Sejak 2011–sekarang CEO toko buku dan musik Bakoel Didiet & Roundabout Music, Blok M Square, Jakarta.