Olala, betapa indahnya.
***
SORE ini Ibu sudah berkemas. Koper, tas ransel dan kerudung berwarna putih di kepala Ibu sudah siap. Didi, Lisa, Mbak Rufi dan Nenek mengantar kepergian Ibu. Lisa, Didi, jangan nakal, ya, Ibu pasti kembali, kata Ibu. Ya, Bu, jawab Lisa. Setelah Ibu naik ke atas bus, Lisa menghentikan tangisnya.
“Hati-hati, Bu! Ingat, Ibu pulang, ya!” jerit Lisa.
Dilihatnya Ibu melambaikan tangan di kaca jendela. Ya, ini hari terakhir Lisa dan Didi melihat Ibunya. Kata Mbak Rufi Ibu pergi ke Arab Saudi. Tapi bukan itu yang penting buat Lisa. Apakah Ibu akan kembali dan tidak pergi seperti ayah, tanya Lisa. Mbak Rufi tersenyum. Ibu pasti pulang, Lisa, kata Mbak Rufi. Ibu pasti pulang. Ya, Ibu pasti pulang…
2010
DUA tahun berlalu. Tak ada kabar dari Ibu. Lisa kangen sekali sama Ibu. Dituliskannya perasaan kangen Lisa kepada Ibunya dalam surat. Karena Lisa tak tahu alamat Ibu, surat-suratnya ia masukkan ke dalam botol dan ia hanyutkan ke sungai.
Mungkin Ibu tak membaca suratku, tapi ia pasti tahu apa isi hatiku, batin Lisa. Hampir setiap kali Lisa melakukan itu. Selain surat Lisa juga suka menggambar ibunya yang sedang naik kereta ke atas langit ditarik kuda bersayap putih seperti dalam mimpinya.
Sebenarnya Nenek dan Mbak Rufi tahu alamat Ibunya. Tapi mereka tak bisa memberitahukannya karena kata mereka tempat Ibu bekerja berpindah-pindah, dari satu majikan ke majikan lainnya.
“Tapi Ibu tak ingkar janji Lisa. Ibu tak lupa dengan kalian walau tidak bicara dengan kalian,” kata Nenek.
“Buktinya apa? Pasti Ibu pergi seperti Ayah dan tidak akan kembali lagi!” jerit Lisa.
“Lisa, Ibumu kirim uang buat kalian. Lihat, baju, boneka, tas, sepatu, dan seragam baru buat kamu kemarin siapa yang belikan? Itu semua dari Ibu, Lisa! Ibu kirim dari jauh!” jelas Nenek.