Pembuatan Alat Pertanian Tradisional di Bantul Sepi Pelanggan

Editor: Mahadeva WS

YOGYAKARTA – Sejumlah pelaku usaha pembuatan alat pertanian tradisional di Kabupaten Bantul Yogyakarta mengeluhkan sulitnya memasarkan produk karyanya. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh ketatnya persaingan di bidang usaha tersebut.

Saat ini jumlah pelaku usaha di bidang tersebut di Bantul cukup banyak. “Sekarang semakin sulit. Karena sudah banyak sekali yang membuka usaha semacam ini. Selain itu sekarang sudah banyak alat pertanian modern buatan pabrik. Tentu itu berpengaruh,” kata salah seorang pelaku usaha pembuatan alat pertanian, Asmadi, Selasa (05/06/2018).

Warga Barongan, Jetis, Bantul tersebut, merupakan perajin atau pembuat alat mesin pertanian tradisional berbasis las dan besi. 18 tahun menggeluti usahanya, Asmadi biasa mendapatkan pesanan pembuatan alat-alat pertanian seperti, alat perontok padi, alat perontok jagung hingga gerobak pengangkut bibit dan berbagai macam alat pertanian lainnya.

“Dulu itu pesanan setiap minggu selalu ada. Pesanan alat perontok padi itu sebulan bisa 3-4 kali. Pesanan datang dari kelompok-kelompok tani. Bahkan ada alat yang sampai dijual ke Srilanka lewat pedagang. Tapi sekarang sepi. Sebulan ada pesanan mesin perontok padi satu saja sudah bagus,” tandasnya.

Kini Asmadi lebih banyak menerima pesanan alat pertanian seperti gerobak pengangkut. Sepinya usaha pembuatan alat pertanian itu, membuatnya menekuni usaha penggilangan padi di rumahnya. Usaha lain tersebut sudah dijalani sejak beberapa tahun terakhir.

“Sebenarnya keuntungan membuat alat pertanian cukup lumayan. Satu alat pertanian seperti mesin perontok padi saya jual Rp2 juta hingga Rp3,5juta, tergantung merk mesinnya. Kalau gerobak berkisar antara Rp1,5 juta. Biasanya pelanggan yang menentukan bentuk dan ukurannya, saya tinggal membuat sesuai pesanan saja,” pungkasnya.

Lihat juga...