“Jadi untuk menjadi kepala keuangan seseorang harus memenuhi ketiga syarat ini sehingga saat saya jadi bupati saya pilih orang sesuai tiga syarat ini,” paparnya.
Selain itu, potongan dan bahasa tubuhnya juga dilihat. Ada lagi satu syaratnya, tandas Ketua DPRD NTT 1999 sampai 2004 ini yaitu di rumah tangga. Selama berkarya, dirinya tidak pernah memegang gaji, semua gaji langsung diberikan ke sang isteri sehingga dirinya merasa aman hingga pensiun.
“Jadi penting menempatkan seorang bawahan sesuai dengan pendidikannya, pengalaman serta melihat potongan dan bahasa tubuhnya. Ini yang tidak dimiliki pejabat saat ini sehingga tidak heran kalau seorang dokter bisa menjadi sekertaris daerah,” ujarnya sambil tertawa.
Bukan Mencari Kursi
Waktu lahirnya Orde Baru, pak Dan sedang kuliah di Malang dan termasuk anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), dimana saat itu semua yang bersekolah di bawah naungan Kementrian Dalam Negeri masuk partai Golkar.
Penerima penghargaan Tanda Kehormatan Satya Lencana Pembangunan dari presiden RI ini menjelaskan, setelah mempelajarinya, dirinya pun berjuang melahirkan partai Golkar.
“Saya bergabung di partai Golkar bukan karena uang tapi keyakinan. Saya mau dengan kekaryaan, dengan kerja keras saya bisa menggapai prestasi, “ tuturnya.
Drs.Daniel Woda Palle bersama sang isteri saat menjabat bupati Sikka.(Dokumentasi pribadi Daniel Woda Palle) |
Bupati yang membawa kabupaten Sikka meraih Kalpataru bidang penghijauan ini juga mengaku menjadi bupati sebab ditunjuk dan dipercaya atasan.
“Kalau sekarang orang salah memahami dan mengerti apa itu politik. Politik itu puncaknya melayani, bukan dilayani. Itu yang tidak dialami saat ini sehingga menjadi kacau,” tegasnya.