KRAPYAK

CERPEN EKO SETYAWAN

“Kenapa kau malah memusuhi pamanmu sendiri yang jelas-jelas akan membela Ibumu?” tanya Adipati Prangola saat menyambut kedatangan  pasukan Raden Mas Jolang di Pati.

Saat itu, Raden Mas Jolang bingung bukan kepalang. Apa yang diucapkan pamannya benar. Sang paman tak serta merta menyerang Mataram melainkan ingin membela harga diri kakak perempuannya, ibu dari Raden Mas Jolang, yakni Ratu Mas Waskitajawi. Pernikahan ayah Raden Mas Jolang dengan permaisuri lainnya tak bisa diterima. Namun hal itu tak dipikirkannya dan berangkat begitu saja dengan mengatasnamakan bendera panji Mataram. Dan alhasil, ia pun gagal karena tak enak hati dan sungkan melawan pamannya yang jelas-jelas berpihak pada ibunya.

Pikiran lain menyeretnya pada harapan mengenai kelahiran dari rahim Ratu Tulung Ayu yang ia dambakan tak lekas terpenuhi. Padahal lidahnya telanjur bersumpah, bahwa kelak dari rahim itulah akan lahir seorang raja penerusnya. Namun sumpahnya tak lekas terpenuhi sebab tak kunjung lahir bayi dari rahim yang ia harapkan. Hingga akhirnya lahirlah bayi dari rahim lain dari permaisuri keduanya. Dirinya pun berupaya memenuhi janji itu meski tak seperti yang ia harapkan.

Menjangan yang sebelumnya ia incar melenggang pergi begitu saja. Tak ada yang menyangka bahwa pikiran-pikiran tentang masa lalunya malah menghinggapi. Silih berganti seolah menandakan bahwa akan terjadi sesuatu. Ia pun meletakkan gandewa dan keranjang yang berisi beberapa anak panah. Lantas duduk dan bersandar di pohon yang sebelumnya ia gunakan untuk memantau menjangan. Para abdi yang ikut dibuat kebingungan dan mereka saling memandang satu sama lain lantas membenarkan posisi gandewa dan keranjang yang berisi anak panah di dekat pemimpin mereka. Raden Mas Jolang pun memejamkan matanya.

Lihat juga...