KRAPYAK

CERPEN EKO SETYAWAN

Ilustrasi Helmi Fuadi
Ilustrasi Helmi Fuadi

Raden Mas Jolang menata posisi anak panahnya sedemikian rupa. Nyenyep1 ia apit kuat dengan jari-jari tangan kanannya dan diletakkan tepat pada kendheng2 lantas menariknya. Ia menarik nyenyep ke arah belakang dan lar3 melengkung dengan sempurna menandakan bahwa anak panah akan meluncur dengan kencang. Ketika menarik anak panah itu, diiringi dengan tarikan napas yang dalam. Ia menahan napasnya selama lima detik di dada, dan melepaskan anak panahnya bersamaan dengan mengembuskan napas. Tapi siang itu, menjangan4 yang diincarnya bergerak lebih cepat seolah tahu ada yang sedang mengawasinya dan merasakan ada bahaya yang mengancam.

Di perburuan sebelumnya, tidak ada satu pun yang luput dari anak panah Raden Mas Jolang. Bedor5 selalu berhasil menghunus perut menjangan dan menacap dengan sempurna. Deder6 akan berbalur darah dan berdiri tegak. Ketenangan Raden Mas Jolang juga tidak dapat diketahui dan dirasakan oleh menjangan mana pun di sepanjang hutan Krapyak. Tapi tidak kali ini, anak panahnya luput.

Jauh sebelum musim berburu di mulai, Raden Mas Jolang telah mengutus Mpu Wardana, yang tak lain adalah orang kepercayaannya, untuk membuat gandewa atau busur panah terbaik beserta anak panahnya. Dengan penuh takzim, Mpu Wardana menyanggupi permintaan itu dan menanyakan secara detail mengenai gandewa beserta anak panahnya secara spesifik sesuai dengan yang diinginkan Raden Mas Jolang.

“Raden ingin gandewa yang seperti apa?” tanya Mpu Wardana penuh takzim pada Raden Mas Jolang.

Raden Mas Jolang menarik napas dalam lantas mengembuskannya perlahan, “Mpu Wardana, tentu aku menyerahkan hal ini sepenuhnya padamu. Kau sudah lama mengabdi untukku dan tentu kau tahu harus membuat gandewa yang seperti apa. Aku tidak akan menjawab secara keseluruhan, sebab aku tahu bahwa di kepalamu sudah tergambar dengan jelas.”

Lihat juga...