Jengkol, Diminati dalam Bentuk Olahan Tradisional

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Menyediakan olahan jengkol dengan lauk dan sayur lain peminat menu tersebut dominan masyarakat yang rindu olahan jengkol. Sebagian pelanggan memilih menu jengkol dalam bentuk sambal.

Marfuah bilang olahan jengkol yang menyerupai hati menjadi alternatif saat harga daging mahal. Bumbu rendang menjadikan olahan jengkol tetap bisa dinikmati seperti menikmati daging.

Menjual menu nasi jengkol bersama sayur dengan harga per porsi Rp10.000 cukup terjangkau bagi pelanggannya. Memiliki warung di dekat pasar Kangkung membuat ia selalu buka setiap hari.

“Banyak warga yang menikmati olahan jengkol di warung atau untuk dibawa pulang,” terang Marfuah.

Kebutuhan akan jengkol menjadi kuliner alternatif menjadi berkah bagi Mardianto. Pedagang di pasar Kangkung Teluk Betung, Bandar Lampung itu menyebut setiap hari menyediakan sebanyak dua kuintal jengkol.

Jengkol bahan pembuatan rendang, semur dan olahan berbagai kuliner lain dijual oleh Mardianto di pasar Kangkung, Teluk Betung, Bandar Lampung, Sabtu (30/1/2021) – Foto: Henk Widi

Bahan olahan kuliner tersebut berasal dari petani di wilayah Kabupaten Pesawaran dan Lampung Selatan. Ia memilih menyiapkan jengkol dalam kondisi masih memiliki kulit.

“Sebagian pelanggan memilih jengkol untuk lalapan dalam kondisi segar, disambal, digoreng sehingga dengan adanya kulit bisa lebih awet,” cetusnya.

Jengkol segar sebutnya dijual mulai harga Rp15.000 hingga Rp20.000 per kilogram. Jenis jengkol yang telah direbus dan melalui proses perendaman dijual seharga Rp25.000 per kilogram.

Harga jengkol sebutnya masih cukup stabil sehingga menjadi alternatif bahan kuliner bagi sebagian masyarakat. Musim panen jengkol menjadikan pasokan bahan kuliner tersebut masih lancar sehingga harga stabil.

Lihat juga...