Islam Melarang Peradaban Hoax

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 20/12/2025

 

 

Hoaks telah menjelma menjadi salah satu krisis paling serius dalam sejarah peradaban manusia modern. Ia bukan lagi sekadar kesalahan informasi individual. Melainkan fenomena global yang berdampak langsung pada miliaran manusia.

Berbagai survei internasional menunjukkan sekitar 80–86 persen pengguna internet di dunia pernah terpapar hoaks atau misinformasi. Hampir 70 persen masyarakat global menyatakan kekhawatiran serius terhadap maraknya informasi palsu di media sosial.

Di kawasan Asia-Pasifik, lebih 80 persen pengguna media sosial mengaku sering menjumpai berita palsu. Angka-angka ini menegaskan hoaks telah menjadi pengalaman kolektif umat manusia. Bukan lagi kasus pengecualian.

Kondisi di Indonesia memperlihatkan gambaran sama. Bahkan dalam beberapa aspek lebih mengkhawatirkan. Data pemerintah menunjukkan sejak 2018 hingga beberapa tahun terakhir, lebih 12 ribu konten hoaks telah diidentifikasi dan ditangani. Setiap tahun, ribuan hoaks baru bermunculan. Terutama pada isu kesehatan, politik, dan bencana.

Survei Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Katadata Insight Center (2022) menunjukkan 50 persen pengguna internet Indonesia pernah terpapar hoaks. Hanya 20–30 persen yang benar-benar mampu mengenali dan membedakan informasi palsu dari yang benar. Lebih 40 persen masyarakat Indonesia bahkan mengaku masih mempercayai berita hoaks. Ini berarti jutaan orang tidak hanya terdampak, tetapi juga terpengaruh secara nyata oleh kebohongan.

Statistik tersebut menunjukkan hoaks telah menjadi kekuatan sosial yang membentuk cara berpikir manusia. Bahaya hoaks bagi peradaban perlu dipahami secara sistematis.

Lihat juga...