KOSETA Peduli: Ketika Seni Turun ke Jalan Kemanusiaan

YOGYAKARTA – Di saat duka masih menyelimuti Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat akibat banjir dan longsor yang terjadi pada 25–27 November 2025, nurani kemanusiaan bergerak dari Yogyakarta.

Bencana yang merenggut 442 jiwa, menyebabkan 402 orang hilang, dan memaksa 156.918 warga mengungsi, menjadi panggilan moral yang tak bisa ditunda.

Poster Koseta Peduli – Foto: Ist

Berlandaskan moralitas Pancasila, KOSETA (Koperasi Produsen Seniman Budayawan Adiluhung Yogyakarta) menyatakan sikap: seni tidak boleh tinggal diam ketika kemanusiaan terluka.

Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab (Sila ke-2), persatuan Indonesia (Sila ke-3), serta keadilan sosial (Sila ke-5) diwujudkan bukan sekadar jargon, melainkan aksi nyata melalui semangat gotong royong.

Ketua Gerakan Seniman Budayawan, HMS Wibowo, mengatakan, mengusung prinsip “tiada kata terlambat dalam darma kemanusiaan”, KOSETA bergerak cepat.

Setelah melakukan audiensi dengan Dinas Kebudayaan DIY, langkah konkret pun diambil: menggelar Koseta Peduli, sebuah acara amal bakti dan penggalangan dana untuk korban bencana di tiga provinsi yang terdampak secara bersamaan.

Acara Koseta Peduli  digelar pada Sabtu, 20 Desember 2025, mulai pukul 10.00 WIB hingga selesai, bertempat di Cangkir Bumi Coffee, Jalan Prof. Dr. Soepomo, SH No. 121, Warungboto, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Menghadirkan pentas seni dan sastra, umbul doa, serta galang dana, kegiatan ini menjadi ruang perjumpaan empati antara seniman, mahasiswa, dan masyarakat.

Yang istimewa, gerakan ini melibatkan Seniman Budayawan bersama KOSETA dan para Mahasiswa asal Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Solidaritas lintas daerah ini menegaskan satu pesan: penderitaan di satu wilayah adalah luka seluruh bangsa.

Lihat juga...