Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 20/12/2025
Presiden Prabowo diprotes keras. Ketika statemen Papua juga akan ditanami sawit. Ada tiga isu besar berkelindan terkait sawit: perang dagang, penyangga ekonomi dan isu lingkungan.
Minyak kelapa sawit telah lama menjadi salah satu komoditas paling strategis bagi Indonesia. Sawit merupakan tulang punggung ekonomi nasional dan sumber penghidupan jutaan rakyat. Pada sisi lain, sawit menjadi sasaran kritik global yang keras, terkait isu lingkungan dan perubahan iklim.
Dinamika global hari ini sulit menafikan isu sawit bukan sekadar persoalan ekologi. Tetapi juga arena perang dagang dan kepentingan ekonomi internasional yang kompleks.
Indonesia merupakan produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia. Memberi kontribusi sekitar 55–60 persen pasokan global. Luas perkebunan sawit nasional mencapai lebih 15 juta hektar. Sektor ini secara konsisten menyumbang devisa ekspor tahunan di kisaran USD 30–40 miliar. Menjadikan salah satu penyumbang devisa terbesar di luar sektor migas dan tambang.
Industri sawit—baik hulu maupun hilir—menyerap sekitar 16 juta tenaga kerja. Termasuk petani kecil yang jumlahnya diperkirakan mencapai lebih 2,6 juta kepala keluarga.
Keunggulan sawit tidak hanya pada skala ekonominya, tetapi juga pada produktivitasnya. Sawit mampu menghasilkan rata-rata 3–4 ton minyak per hektare per tahun. Jauh lebih tinggi dibanding kedelai (±0,4 ton/ha), rapeseed (±0,8 ton/ha), maupun bunga matahari (±0,7 ton/ha).
Berdasar teori ekonomi sumber daya, angka ini menegaskan sawit memiliki efisiensi lahan tertinggi di antara minyak nabati global. Secara teoritik justru berpotensi menekan kebutuhan pembukaan lahan apabila dikelola secara optimal.