Keinginan menjadi kades muncul setelah melihat Salamun mencalonkan diri. Permusuhannya dengan ustaz itu sudah menjadi rahasia umum di desanya, bahkan hingga desa-desa tetangga.
Ajang pemilihan kepala desa adalah kesempatan yang paling bagus untuk menghancurkan Salamun. Selain itu Sutaryono tergiur dengan banyaknya bantuan yang mengalir ke desa dari pemerintah pusat maupun daerah.
Jika jadi kades tentu itu lumayan untuk menambah kekayaannya makin bertumpuk. Maka kecil bagi Sutaryono kalau hanya menabur uang dengan jumlah dua kali lebih besar dari yang dibagi-bagikan Salamun kepada warga.
Waktu kecil hingga remaja Salamun sebenarnya sahabat paling dekat yang dimiliki Sutaryono. Kegemaran mengintip orang mandi—dan pengantin baru— menyatukan mereka.
Persahabatan keduanya berakhir lantaran Salamun memacari Ayuning, hingga adik Sutaryono itu hamil. Semula Sutaryono bersyukur Ayuning yang berkulit bersih namun buruk rupa ditambah mengidap epilepsi itu mendapat pacar laki-laki yang cukup tampan seperti Salamun.
Sutaryono masih tetap bisa menerima seandainya Salamun bertanggung jawab menikahi Ayuning. Sayangnya yang terjadi sebaliknya, Salamun tidak mengakui perbuatannya dan pergi nyantri ke Jawa Timur.
Malam sebelum sahabatnya itu berangkat, Sutaryono sempat menemui Salamun di rumahnya untuk meminta pertanggungjawaban.
Dia berharap persoalannya segera selesai. Namun yang didapatinya di luar perkiraan. Salamun bukan hanya mengelak, “Kamu salah alamat, Sutar. Seharusnya kamu datangi Narto, Darpan, dan, Basdar. Merekalah yang bertanggung jawab. Bukan aku,” kata Salamun seperti melempar tai ke wajah Sutaryono yang membuat darah Sutaryono naik ke ubun-ubun.